Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imaam Yakhsyallah Harap Trilogi Palestina Perkaya Literasi Masyarakat Indonesia

Rendi Setiawan Editor : Widi Kusnadi - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

0 Views

Imaam Jama'ah Muslimin (Hizbullah) KH. Yakhsyallah Mansur memberikan Trilogi Palestina kepada Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut (Kadisbintalal), Brigjen TNI (Mar) Sandy M. Latief, S.IP. (Foto: Rendi/MINA)

Jakarta, MINA – Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur berharap, buku trilogi Palestina dapat memperkaya literasi dan khazanah pengetahuan masyarakat Indonesia tentang Palestina serta Masjid Al-Aqsa.

Hal tersebut disampaikan Imaam Yakhsyallah Mansur saat melakukan silaturahmi dan audiensi dengan Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut (Kadisbintalal), Brigjen TNI (Mar) Sandy M. Latief, S.IP. di Kantor Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut (Disbintalal), Jakarta, Kamis (7/11).

Trilogi Palestina ditulis oleh Imaam Yakhsyallah Mansur dan Duta Al-Quds, Ali Farkhan Tsani. Trilogi Palestina berjudul “Pembebasan Al-Aqsha Kewajiban Kaum Muslimin”, “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina”, dan “Hubungan Indonesia-Palestina”.

“Kami berharap trilogi Palestina dapat menambah literasi bacaan masyarakat Indonesia tentang Palestina,” ujar Imaam Yakhsyallah.

Baca Juga: Komdigi Segera Lakukan Evaluasi Sistem Pengendalian Konten Negatif

Menurut Imaam Yakhsyallah, trilogi Palestina banyak memuat pengetahuan tentang Palestina yang jarang diketahui masyarakat Indonesia, termasuk hubungan bangsa Palestina dan bangsa Indonesia yang sudah terikat jauh sebelum kemerdekaan.

“Turki Utsmani ketika dalam masa kejayaannya, pernah mengirimkan prajurit angkatan lautnya ke Aceh yang ternyata prajurit tersebut berasal dari Palestina, kemudian melahirkan tokoh prajurit wanita angkatan laut pertama dari Indonesia, yaitu Laksamana Malahayati, yang berhasil membunuh Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman. Ini gurunya (Malahayati) adalah orang Palestina,” katanya.

Imaam Yakhsyallah menambahkan, hubungan Indonesia dan Palestina tidak hanya berhenti di situ saja, salah satunya adalah pembangunan Masjidil Aqsa atau dikenal pula Masjid Menara Kudus di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, oleh Jafar Shadiq atau dikenal Sunan Kudus pada 1549 masehi.

“Kudus ini cukup istimewa. Setidaknya ada tiga keistimewaan Kudus yang berkaitan dengan Palestina. Pertama, adanya Masjidil Aqsa atau Masjid Menara Kudus yang dibangun Sunan Kudus. Di sejumlah forum, saya sering menyampaikan bahwa Indonesia satu-satunya negeri yang ada Masjidil Aqsa selain Palestina,” katanya.

Baca Juga: Dukung Layanan Kesehatan Gratis, Rasil Serahkan Ambulans ke Lembaga Sosial

“Kedua, Bukit Muria yang ternyata diambil dari nama bukit di Palestina. Untuk mengenang asal negerinya, Sunan Kudus menamai Bukit Muria. Ketiga, lahirnya Islam wasatiah atau sekarang dikenal Islam moderat, yang ternyata berasal dari ajaran Sunan Kudus. Sunan Kudus ini sendiri berasal dari Palestina,” tambahnya.

Terkait Islam wasathiah, Imaam Yakhsyallah mencontohkan, Sunan Kudus pernah mengajarkan masyarakat di sana untuk tidak berkurban sapi ketika Idul Adha (Hari Raya Kurban). Hal ini dilakukan untuk menghormati orang-orang yang beragama Hindu.

“Di Kudus sampai sekarang tidak boleh berkurban sapi, tetapi kerbau. Ini untuk menghormati umat Hindu. Tindakan Sunan Kudus kalau dalam istilah Ushul Fikih namanya bisa disebut thariqatul jam’I atau metode untuk mengkompromikan dua hal yang tampak bertentangan. Jadi kurbannya tetap sah, di sisi lain orang Hindu tidak tersinggung,” katanya.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menteri Abdul Mu’ti: Kurikulum Baru Fokus Deep Learning dan Lebih Ramping

Rekomendasi untuk Anda