Khartoum, Sudan, 21 Dzulhijjah 1437/23 September 2016 (MINA) – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan bahwa penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia bukan melalui peperangan seperti yang banyak dituduhkan musuh-musuh Islam, tapi dengan perdamaian salah satunya perdagangan.
Hal itu disampaikannya pada Seminar Pendidikan bertajuk ‘Peluang dan Tantangan Alumni Timur-Tengah dalam Berkiprah di Indonesia’ yang diadakan atas kerjasama Ikatan Alumni Al-Fatah Sudan dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan dan Persatuan Pelajar Putri Indonesia (PPPI) Sudan, di Aula Agus Salim, KBRI Khartoum, Jum’at (23/9) waktu Sudan.
“Islam tersebar ke penjuru dunia, termasuk ke Indonesia tidak dengan peperangan, tetapi dengan perdamaian, salah satunya melalui perdagangan,” kata Imaam Yakhsyallah.
Imaam Yakhsyallah mengungkapkan bahwa sejak Islam datang ke Indonesia hingga saat ini, masyarakatnya hidup rukun dan damai, tidak pernah ada konflik yang mengatasnamakan agama, meskipun sering ada provokasi dari pihak di luar Islam.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Umat Islam di Indonesia memiliki jumlah paling banyak di seluruh dunia, tapi masyarakatnya bisa hidup dengan damai, itulah hebatnya umat Islam yang diikat dengan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Imaam Yakhsyallah membandingkan masuknya Islam ke Indonesia dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. Menurut dia, bangsa Eropa masuk ke Indonesia hanya mengejar kekayaan alamnya saja.
“Sejarah mencatat bahwa tujuan orang-orang Belanda masuk Indonesia itu bukan untuk menyebarkan kedamaian, tetapi untuk tiga hal yaitu mencari kekayaan (gold), mencari kejayaan (glory), dan kemudian menyebarkan agama Kristen (gospel),” ujarnya.
Di akhir penyampaiannya, Imaam Yakhsyallah berpesan kepada mahasiswa Indonesia di Sudan agar berfikir global, tidak terjebak pada ashobiyah (bangga terhadap kelompok) dan terus meningkatkan kedisiplinan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Seminar tersebut dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Sudan; Drs. Burhanudin Badruzzaman, Sekjen Rabithah ‘Alam Islamy Asia Tenggara; Jeje Jaenudin yang juga menjadi pembicara pada seminar tersebut, dan ratusan mahasiswa Indonesia dari berbagai universitas di Sudan.
Koresponden MINA Siddiq Mustaqiim di Khartoum melaporkan, tujuan utama seminar itu untuk memberikan bekal kepada mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan studi di Timur Tengah dan jauh dari negerinya tentang peran yang harus diberikan untuk agama, bangsa dan negara.
Selain itu, Siddiq menambahkan, acara itu juga bertujuan mengembangkan potensi mahasiswa untuk memaksimalkan keberadaannya agar memiliki kesiapan untuk terjun di tengah masyakarat Indonesia yang penuh beragam corak budaya, agama, dan etnis. (L/K06/P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata