Imaam Yakhsyallah Jelaskan Islam Non-Politik dalam Perspektif Aqidah dan Ilmiah

Cileungsi, Kabupaten Bogor, MINA – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, di hadapan para pemuda menjelaskan konsep Islam non-politik dalam pandangan aqidah dan ilmiah.

Hal tersebut disampaikan dalam Taklim Syubban pada Sabtu (7/11) di Gedung Muhyiddin Hamidy, Shuffah Hizbullah Pondok Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor dengan tema “Islam Non Politik Perspektif Aqidah dan Ilmiah.”

Taklim juga disyiarkan secara online melalui channel Al-Jama’ah TV. Berdasarkan data panitia diikuti oleh kalangan pemuda di beberapa provinsi seperti Lampung, Palembang, Jambi, Medan, Bandung, Semarang, Pontianak dan Samarinda.

Ia menjelaskan, apakah Islam nonpolitik dalam pandangan Aqidah berarti pedomannya adalah Al-Quran dan Hadits. Sedangkan dalam perspektif ilmiah artinya sesuai dengan penelitian para ilmuwan.

Adapun ayat Al-Quran yang menerangkan hal itu adalah Surah Ali-Imran ayat 26, An-Nuur ayat 55, Al-Mulk ayat 1 dan lainnya. Sementara dalam hadits juga banyak disebutkan antara lain dalam peristiwa Utbah bin Rabiah yang menawari kekuasaan kepada Muhammad (Rasululullah).

Berangkat dari dalil-dalil di atas maka timbullah istilah Islam nonPolitik yang dimunculkan oleh Imaam Wali Al-Fattaah (1908-1976), karena politik adalah salah satu cara di luar ajaran Islam untuk meraih kekuasaan, sementara Islam melarang ummatnya untuk berambisi terhadap kekuasaan.

Seorang intelektual Muslim Mesir, Muhammad Said Al-Asymawi dalam bukunya, “Al-Islam Al-Siyasi (1987) menyatakan bahwa mencampuradukkan (al-hilth) agama dan politik hanya akan melahirkan kegagalan dan kemunduran Islam itu sendiri. Selanjutnya dia mengatakan, “Allah bermaksud menjadikan Islam sebagai sebuah agama tetapi orang-orang memahaminya bermakna politik”.

Qomaruddin Khan, seorang intelektual muslim Pakistan mengajukan pandangannya yang kritis bahwa teori politik kaum Muslimin tidak diambil dari Al-Quran atau Al-Hadits tetapi dari keadaan dan kenyataan bahwa negara tidak perlu dipaksakan ‘berwajah’ Ilahiyah. Dia menyatakan bahwa; Islam merupakan perpaduan antara agama dan politik yang harmonis adalah sebuah slogan modern yang tidak dapat ditemukan pada masa lalu Islam.

Syaikh As Sa’di berkata, “Kepemimpinan atau bentuk penguasaan apapun terhadap makhluk tidak pantas diminta oleh seorang hamba atau menjadi ambisi yang terus dikejar-kejar. Justru yang harus dilaku-kannya adalah memohon keselamatan kepada Allah ﷻ. Sebab dia tidak tahu apakah kekuasaan itu berujung baik atau buruk bagi-nya.

Amir Syuban Pusat, Muhammad Ansorullah mengatakan, Taklim Syuban akan diadakan secara rutin pada Sabtu pertama setiap bulannya. “Insya Allah pada Desember yang akan datang pada Sabtu pertama akan diadakan dengan tema yang berbeda,” kata Ansorullah. (L/R8/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.