Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur menyatakan, politik merupakan salah satu cara di luar ajaran Islam untuk meraih kekuasaan, sementara Islam melarang ummatnya untuk berambisi terhadap kekuasaan.
Demikian dikatakan imaam saat menyampaikan materi Memahami Islam non Politik kepada peserta Tadrib Dai, yang digelar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung di Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Lampung, Sabtu (13/8).
Menurut Yakhsyallah, istilah Islam non Politik tersebut pertama kali dimunculkan oleh Imaam Wali Al-Fattaah (1908-1976) yang diberangkatkan dari dalil-dalil diantaranya Surah Ali-Imran ayat 26, An-Nuur ayat 55, Al-Mulk ayat 1, juga hadits-hadits salah satunya tentang peristiwa Utbah bin Rabiah yang menawari kekuasaan kepada Muhammad (Rasululullah).
Seorang intelektual Muslim Mesir, Muhammad Said Al-Asymawi dalam bukunya, “Al-Islam Al-Siyasi” menyatakan bahwa mencampuradukkan (al-hilth) agama dan politik hanya akan melahirkan kegagalan dan kemunduran Islam itu sendiri.Selanjutnya dia mengatakan, “Allah bermaksud menjadikan Islam sebagai sebuah agama tetapi orang-orang memahaminya bermakna politik”.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Selain itu, Qomaruddin Khan, seorang intelektual muslim Pakistan mengajukan pandangannya yang kritis bahwa teori politik kaum Muslimin tidak diambil dari Al-Quran atau Al-Hadits, tetapi dari keadaan dan kenyataan negara tidak perlu dipaksakan ‘berwajah’ Ilahiyah. Dia menyatakan; Islam merupakan perpaduan antara agama dan politik yang harmonis, adalah sebuah slogan modern yang tidak dapat ditemukan pada masa lalu Islam.
Sementara Syaikh As Sa’di berkata, “Kepemimpinan atau bentuk penguasaan apapun terhadap makhluk tidak pantas diminta oleh seorang hamba atau menjadi ambisi yang terus dikejar-kejar. Justru yang harus dilakukannya adalah memohon keselamatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebab dia tidak tahu apakah kekuasaan itu berujung baik atau buruk baginya.
Oleh karena itu, Yakhsyallah menegaskan umat perlu diberikan penjelasan yang jernih agar mereka tidak hanya memikirkan kekuasaan.
“Kekuasaan itu seperti syahwat, kata Ali bin Abi Thalib, Syahwat itu seperti ular, halus dijamahnya tetapi berbisa,” katanya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Namun, ia menambahkan, menurut Dr. Kuntowijoyo umat masih punya harapan meskipun para politisinya sendiri jelas akan menghalangi. Harapan itu adalah intelektual, budayawan, profesional, mahasiswa dan para aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). “Saya tambahkan satu lagi menurut saya, yaitu dai,” ujar Yakhsyallah.
Tadrib Da’i tersebut merupakan salah satu daripada Rangkaian Tabligh Akbar Muharram Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung yang puncak rangkaiannya digelar pada Ahad (14/8).(L/cha/P1).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin