Imaam Yakhsyallah Mansur : Masyarakat Maju Bila Perdagangannya Maju

Serang, MINA – Imaam Yakhsyallah Mansur mengatakan, masyarakat akan maju apabila perdagangannya maju.

“Dalam prespektif Islam, tidak lepas dari perdagangan. Para sahabat leading dalam perdagangan. Dari perdagangan akan unggul di bidang sosial,” ujar Imaam Yakhsyallah pada Pembukaan Bazaar UMKM dalam rangkaian Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek, Banten dan NTB, di kompleks Masjid Raya Al-Bantani, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Serang, Banten, Ahad (22/1/2023).

Dia menjelaskan, orang-orang Muslim Quraisy dahulu merupakan jago-jago dagang. Kemudian mereka hijrah ke Madinah bertemu kompetitor seimbang dalam bisnis, yaitu orang-orang yahudi.

Yahudi sebelumnya unggul ketika mengahadapi penduduk Madinah yang mayoritas petani. Namun ketika para sahabat dating ke Madinah, seperti Abdurrahman bin Auf, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Abu Bakar, dan lainnya, umat Islam dapat menguasai pasar Madinah.

Dalam kitab-kitab fiqih pun memuat bab khusus tentang “Bay’a” (perdagangan). Bahkan dalam pengajaran fiqih, kyai langsung mengajak santri-santrinya ke pasar untuk mempraktikkan pelajaran terkait dagang tersebut, ujar Imaam Yakhsyallah.

“Kehidupan akhirat pun, Allah gambarkan dengan tijarah, artinya perdagangan,” lanjutya.

“Untuk itu, dengan adanya bazaar ini diharapkan bangkit menjadikan masyarakat Indonesia khususnya dan Islam umumnya bisa maju dan mengusai dunia dengan perdagangan yang halal,” lanjutnya.

Adapun dalam perspektif individu, Imaam Yakhsyallah mengingatkan para pedagang agar ketika akan terjun ke dunai dagang niatnya bukan sekedar mencari untung.

“Para sahabat terjun ke pasar, yang utama tidak untuk cari untung, tapi agar dapat berinfak di jalan Allah,” imbuhnya.

Para sahabat berdagang setelah menerima banyak perintah tentang kewajiban berinfaq di jalan Allah. Islam tidak bisa dipisahkan dengan dunia perdagangan.

“Kami berharap bazaar seperti ini dapat ditiru di wilayah-wilayah lain, setiap ada ta’lim upayakan bisa diiringi dengan perdagangan,” ujarnya.

Syarat Perdagangan Islami

Imaam Yakhsyallah Mansur mengungkapkan, selama ini pasar lebih banyak dilihat dari sisi negatifnya. Padahal masuk ke dalam pasarpun, jika diiringi doa, dapat menghapuskan dosa.

Doanya seperti diriwayatkan At-Tirmidzi, “Laa ilaaha illalaahu wahdahu laa syariikalah, lahulmulku walahulhamdu yuhyii wayumiitu wahuwa hayyun laa yamuutu biyadihilkhair wahuwa ‘alaa kulli syai’in qodiir.”

Dalam tarikh Islam pun disebutkan, masjid pada umumnya berdekataan dengan pasar.

Selanjutnya, Imaam Yakhsyallah menyampaikan tiga syarat perdagangan secara Islami.

Pertama, tidak ada penipuan (gharar). Jangan menipu konsumen. Para pemimpin Muslim dahulu sering menginspeksi pasar.

Kedua, tidak boleh ada unsur bunga (riba). Islam menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Ketiga, tidak menjual barang-barang yang haram. “Yang dipandang makruhpun jangan dijual, seperti rokok,” lanjutnya.

Rangkaian Tabligh Akbar 1444 bertema ‘Urgensi Persatuan dan Kesatuan Umat dalam Upaya Pembebasan Masjidil Aqsa dan Palestina” diselenggrakan oleh Lembaga kepalestinaan .

Tampil sebagai pembicara antara lain: Imaam Yakhsyallah Mansur, Ustadz Abul Hidayat Saerodjie (Pembina Ponpes Al-Fatah), Ust Muhlisin (Pengasuh Ma’had Tahfidz Al-Fatah Karawang, Jabar), Prof. Sholeh Hidayat (DKM Masjid Al-Bantani, Rektor Untirta 2011-2019) dan sambutan Pj Gubernur Banten. (L/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.