Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imaam Yakhsyallah: Pendidikan Tanpa Kasih Tidak Berhasil

Insaf Muarif Gunawan - Selasa, 4 Agustus 2020 - 08:39 WIB

Selasa, 4 Agustus 2020 - 08:39 WIB

12 Views

Talang Dukuh, Jambi, MINA – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan, pendidikan tanpa kasih sayang tidak akan berhasil, Sifat rahmah (kasih sayang) adalah bagaimana kita bisa berbuat baik kepada orang lain.

Imaam Yakhsyallah menjelaskan, untuk mendapat ilmu, pendidikan (tarbiyah) harus dengan kasih sayang. Tarbiyah pada dasarnya adalah untuk memberikan kebaikan kepada orang lain.

“Kalau seorang guru atau pendidik menerapkan tarbiyah dengan benar, maka otomatis akan menambah ilmu dan wawasan,” ucap Imaam Yakhsyallah dalam tausiahnya di Masjid At-Taqwa Desa Talang Dukuh, Jambi, pada Selasa (4/8) pagi.

Imaam memaparkan lima karakter orang beriman: Pertama, setiap tambah ilmu, maka tambah tawadhu, artinya semakin kita tinggi ilmu kita maka kita harus semakin rendah hati kepada Allah karena hakikat ilmu yang kita miliki adalah karunia dan pemberian dari ilmu Allah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Kedua, tambah umur maka tambah dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena dengan bertambah umur hakikat sisa hidup berkurang. Maka kita harus semakin dekat kepada Allah.

Ketiga, tambah hartanya maka tambah kedermawanan. Hakikat harta yang kita miliki adalah semata-mata titipan Allah maka kita harus bagikan kepada orang yang berhak menerimanya. Bukan dengan bertambah harta semakin sombong bahkan membanggakan apa yang dimiliki.

Keempat, tambah ibadah maka semakin takut kepada Allah. Takut yang dimaksud adalah takut yang semakin dekat dengan Allah, bukan takut yang menjauhi Allah.

Kelima, tambah kedudukan, bertambah pula dekat kepada manusia, maka tidak boleh melekat sifat sombong pada dirinya.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Kemudian tiga sifat amal: Pertama, diterima atau ditolak. Apakah amal kita akan diterima atau ditolak, tentunya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan berdasarkan kaidah fikih dan sikap ikhlas dalam beramal.

Kedua, diterima tapi nanti dihapus oleh Allah, kenapa ini bisa terjadi, amal akan dihapus apabila di umbar-umbar/ dipamerkan atau  melontarkan ucapan yang tidak baik kepada yang menerima/ yang diberi, maka pahalanya akan dihapus.

Contoh si A bisa berhasil dan sukses karena bantuan si B. Kemudian si B mengatakan hal itu kepada khalayak dengan menyebut-nyebut jasa-jasa yang telah ia lakukan kepada si A.

Ada dua sifat yang harus terus kita tanamkan dalam hati kita, yaitu takut amal tidak diterima oleh Allah dan harapan amal kita diterima oleh Allah. (L/R8/P1))

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
MINA Millenia
Kolom