Bangunrejo, MINA – Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur, MA., menguraikan 10 hal untuk memelihara eksistensi Jama’ah sesuai isi Al-Qur’an, Surah As-Syura ayat 13-15 tentang syariat Jama’ah Imamah dalam Islam.
“Sejak kapan ada syariat Jama’ah? Sejak Nabi Nuh Alaihissalam. Dalilnya surah As-Syura ayat 13-15. Sampai hari kiamat akan ada terus orang yang berjama’ah,” katanya saat mengisi tausiyah di Masjid At-Taqwa Sidoluhur, Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Bangunrejo, Lampung Tengah, Rabu (25/8).
Imaam menjelaskan, dalam surah As-Syura ayat 13 diungkapkan bahwa Jama’ah disyariatkan kepada Umat Islam sejak masa kenabian Nuh As.
Dalam pelajaran tauhid disebut dengan Ulul Azmi atau nabi yang memiliki tekad yang besar di antaranya Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam di mana tugasnya untuk senantiasa menegakkan agama Allah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Menurutnya, berdasarkan surah As-Syura ayat 15, ada 10 hal untuk memelihara eksistensi keberadaan Al-Jama’ah di dalam syariat Islam.
Pertama, dengan terus berdakwah, menyerukan kepada Umat Islam untuk menjalankan apa yang sudah disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala; Kedua Istiqomah; Ketiga, Jangan mengikuti keinginan mereka (musuh); Keempat, Percaya penuh dengan Al-Qur’an; Kelima, menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Kemudian yang Keenam, menyadari bahwa Allah adalah Tuhan kita, “Kadang kita gak yakin sama Allah,” imbuh Imaam.
Ketujuh, beramal shalih, “Harus sungguh-sungguh, jangan juga mengeluh saat beramal shalih, contoh seperti Khalid bin Walid, jadi Amir atau Makmum tetap semangat,” katanya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kedelapan, Jangan banyak berdebat; Kesembilan, ingat bahwa kita akan dikumpulkan di hari kiamat. Dan yang kesepuluh adalah mengembalikan kepada Allah segala amal perbuatan kita.
“Allah memilih memelihara orang-orang yang mau diajak berjama’ah dan Allah akan memberi petunjuk bagi orang-orang yang mencari Jama’ah.” tuturnya.
Yakhsyallah menjelaskan, perbedaan umat Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya adalah pada zaman sebelum nabi Muhammad, jika menolak seruan nabi maka Allah akan berikan azab langsung kepada mereka, tapi pada zaman Nabi Muhammad, apabila menolak seruan Nabi Muhammad maka Allah akan menunggunya untuk bertaubat.
“Kita di dalam jama’ah akan menghadapi orang-orang yang tidak mau berjama’ah. Sekarang ada dua kekuatan, yang pertama itu kekuatan Jama’ah dan yang kedua adalah kekuatan orang yang tidak berjama’ah,” jelas Yakshyallah.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Selanjutnya Imaam menyeru sekaligus mengajak kepada para ikhwan dan ummat Islam untuk selalu menjaga eksistensi keberadaan Al-Jama’ah agar tidak ada keraguan dan menjauhi perpecahan. (L/Nai/R12/P1)
(Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat