Jakarta, 19 Rabi’ul Akhir 1437/29 Januari 2016 (MINA) – Manusia akan berbuat kerusakan jika tidak ada agama. Agama adalah sebuah aturan Allah yang dibuat untuk manusia, sehingga manusia memiliki cara pandang lurus untuk menjalani kehidupan di dunia ini.
Demikian kata Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur saat menyampaikan khutbah Jum’at di Masjid M.H. Thamrin PWI Jaya, Jakarta, Jumat (29/1).
“Jika tak ada agama, maka manusia akan menjadi liar. Hal ini ditegaskan oleh Sayyid Quthb ketika menjelaskan Surat Al-Alaq, inilah kedahsyatan dari diturunkannya wahyu,” tegasnya.
Menurut Yakhsyallah, setiap kali diturunkannya wahyu, itulah saat di mana terjadi hubungan antara khalik dan makhluk yang selama ini terputus. Ketika Nabi Isa ‘Alaihissalam diturunkan, tidak ada lagi nabi yang diutus setelahnya hingga beberapa waktu, sampai kemudian Allah mengutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Selama masa transisi, manusia terbagi menjadi dua kelompok, pertama kelompok yang terlalu ke kanan, di mana kelompok ini terlalu memikirkan akhirat, kedua kelompok yang terlalu memikirkan keduniaan, di mana kelompok ini tidak sedikit pun mengingat akhirat, sehingga dunia menjadi rusak yang kemudian disebut dengan masa jahiliyyah,” ujarnya.
Untuk itulah, kata Yakhsayallah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menyebarkan Agama Islam sebagai agama yang mengatur segala sendi kehidupan, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Karena hal inilah kemudian umat Islam disebut sebagai ummatan wasathan atau umat pertengahan.
“Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad dengan membawa agama untuk meluruskan dua kelompok manusia itu ke tengah-tengah sebagai ummatan wasathan, dia tidak terlalu ke kiri, dia tidak terlalu ke kanan yang karena itulah kita setiap hari berdo’a –Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah-. Dengan adanya agama, khalik dan makhluk akan terjalin hubungan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yakhsyallah mengungkapkan bahwa selain sebagai aturan hidup yang mengatur setiap sendi kehidupan, agama juga dipandangnya sebagai tolak ukur kebaikan.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Setinggi apa pun pangkat seseorang, kalau dia tidak beragama, maka dia tidak baik. Sekaya apa pun seseorang, kalau dia tidak beragama, maka dia tidak baik. Sepandai-pandai seseorang, jika dia tidak beragama, maka dia tidak baik. Baik menurut standar Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” pungkasnya. (L/P011/rzk/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain