Tripoli, 8 Muharram 1435/12 November 2013 (MINA) – Imam Besar Libya Sheikh Sadeq al-Ghariani, Senin (11/11), mengutuk kekerasan bersenjata yang mengguncang Tripoli pada Kamis malam lalu yang menewaskan dua orang dan 29 orang cedera.
Dalam khotbahnya, Ghariani mengutuk apa yang dia sebut “kesetiaan suku yang buta” dari beberapa daerah. Dia meminta para pemimpin suku, termasuk dari Misrata, Zintan dan Tajoura, menolak milisi bersenjata dari kota-kota dan wilayah mereka. Pejabat Misrata sudah membuat langkah tersebut pada Jumat.
Ghariani juga meminta kelompok-kelompok bersenjata dari luar Tripoli yang mengaku akan mengamankan ibukota, untuk kembali ke kota dan daerah mereka sendiri.
Dia menambahkan bahwa Tripoli harus menyingkirkan setiap kehadiran kelompok bersenjata dan menyerukan kepada penduduk setempat untuk berdiri menentang kelompok-kelompok ini. Ghariani menggugat warga Libya, serta pemerintah untuk melakukan apa pun mengakhiri tindak kekerasan terhadap orang dan harta benda.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
“Terserah kepada pemerintah untuk berdiri dengan tanggung jawabnya,” kata Ghariani.
Sebelumnya pada Ahad, Perdana Menteri Libya Ali Zeidan telah meminta rakyat Libya memberontak terhadap milisi bersenjata. “Orang-orang harus turun ke jalan dan mendukung tentara dan polisi,” kata Perdana Menteri.
Seruan Zeidan yang meminta dukungan dari publik menunjukkan kesulitan dari pihak berwenang Libya dalam menangani milisi. “Negara belum dibangun, kita perlu waktu,” kata Zeidan, menambahkan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk mempercepat pelatihan pasukan keamanan profesional.
Pemerintah Libya telah berjuang untuk menegaskan otoritasnya terhadap mantan milisi, oposisi yang telah melukis daerah kekuasaan mereka sendiri di negara yang dibanjiri senjata jarahan dari gudang rezim terguling Muammar Gaddafi. (T/P09/P01).
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Mi’raj News Agency (MINA)