Jakarta, 4 Ramadhan 1435/2 Juli 2014 (MINA) – Ajang demokrasi Pilpres 2014 yang jatuh di tengah bulan suci Ramadhan, dinilai mengurangi kekhusyuan bulan yang bagi umat Islam adalah bulan penuh berkah.
Hal ini disampaikan oleh Imam Masjid Jakarta Islamic Center (JIC), Muhtadi Aziz, saat ditemui MINA usai mengimami shalat Maghrib, Rabu.
“Suasana Ramadhan kali ini memang agak beda dengan tahun-tahun kemarin. Ramadhan kali ini ada persaingan,” kata Muhtadi yang dipercaya sebagai imam sejak 2005.
Mubaligh sarjana agama itu mengeluhkan bertebarannya spanduk-spanduk dua pasangan kandidat calon Presiden RI dan Wakil Presiden sejak sebelum Ramadhan tiba.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Tahun lalu banyak spanduk bertuliskan ‘marhaban ya Ramadhan’, tapi kali ini kurang, yang ada adalah ‘Pilih no.1, Pilih no.2’,” katanya.
Muhtadi menegaskan bahwa kedua ajang besar itu mengurangi kekhusyuan Ramadhan. Namun menurutnya, sebagian masyarakat ada yang tetap istiqomah, tidak terpengaruh.
“Dari sisi suasana, banyak para ustadz yang memberi komentar tentang perbedaan nuansa Ramadhan kali ini dengan tahun lalu. Rasulullah sendiri menganjurkan agar kita bergembira menyambut Ramadhan.”
Tidak seperti pesta demokrasi Pilpres 2014 pada 9 Juli yang begitu kental persaingannya, sepakbola Piala Dunia dinilai tidak terlalu berpengaruh, sebab jam tayangnya dari jam 10 malam hingga pagi.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Adapun tayangan televisi di masa Ramadhan, lanjut Muhtadi, gema Ramadhan begitu terasa. Tetapi tetap berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun lalu yang syiarnya lebih semarak.
Imam Masjid JIC juga menghimbau agar umat Islam mempertahankan nilai-nilai Ramadhan, karena ini adalah bulan penuh berkah, bulan untuk melatih diri dan rohani untuk bisa lebih dekat kepada Allah dan lebih mengenal siapa dirinya sebenarnya. (L/P09/P012/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain