Oleh: Insaf Muarif Gunawan/Wartawan Kantor Berita MINA Islam
Iman adalah kepercayaan yang dipercayai oleh seseorang yang berkenaan dengan agama, keyakinan maupun kepercayaan kepada Tuhan, nabi, kitab dan sebagainya. Dalam ajaran agama Islam, iman berarti kepercayaan, keyakinan kepada Allah, nabi-nabi-Nya serta kitab Al-Quran dan lain sebagainya.
Menurut ajaran Islam, umat Muslim mengimani enam rukun iman. Keenam rukun iman tersebut wajib diimani dan diyakini oleh orang Islam.
Sebagaimana Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: Genjatan Senjata di Masa Nabi Muhammad
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ : أَنْ بِاللّٰهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ (مسلم)
“Beritahukanlah kepadaku apa itu iman.” Rasulullah menjawab, “Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR Muslim).
Selain itu pengertian taqwa. Dalam Al-Quran kurang lebih terdapat 245 kali kata taqwa. Secara umum taqwa dapat didefinisikan sebagai “menjalankan segala hal yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.” Kalau secara bahasa, kata takwa itu berasal dari bentuk waqa–yaqi–wiqayah ( وَقَى- يَقِى- وِقَايَة ), yang berarti; takut, menjaga, memelihara, atau melindungi.
Di antara tanda atau bukti iman dan takwa kepada Allah adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya. Takkan sempurna iman seorang hamba sebelum menjadikan Rasul sebagai sosok yang paling ia cintai melebih kecintaan pada segala sesuatu.
Baca Juga: Hubungan Kebakaran di Los Angeles dengan Gencatan Senjata di Gaza: Sebuah Perspektif Global
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwasanya Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga aku lebih dicintainya melebihi (cintanya) pada diri, harta, dan anaknya, serta seluruh manusia.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa bukti iman adalah mencintai Nabi Muhammad melebihi kecintaan terhadap diri, harta, anak serta apa dan siapa pun dari kalangan manusia.
Walaupun secara fisik kita tidak pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun, kecocokan jiwa itulah yang membuat jiwa kita bertaut dengan Nabi. Tumbuh cinta sejati yang melahirkan berbagai amal kebajikan, akhlak terpuji, siap selalu membela agamanya serta rela berkorban demi menghidupkan Sunnahnya. Karena ada cinta, dan bukan cinta biasa, tapi cinta luar biasa.
Baca Juga: Gencatan Senjata Israel-Palestina: Harapan Baru atau Sekadar Jeda?
Seluruh hidup Nabi adalah untuk perjuangan menegakkan kalimatullah, tauhidullah, menyempurnakan akhlak manusia, menegakkan keadilan dan kebenaran, beramar ma’ruf nahi mungkar, mempersatukan dan mempersaudarakan umat Islam, serta menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmaan lil ‘alamin.
Orang beriman sejati selalu menempatkan cinta kepada Rasul pada posisi cinta tertinggi. Ibnu Taimiyah menyebut cinta kepada Rasul sebagai kewajiban yang harus ditunaikan setiap Muslim terhadap Rasul. Sebab hal itu merupakan hak beliau.
Amirul Mu’minin Umar bin Khathab pernah mengatakan kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu, kecuali diriku (artinya Umar masih lebih mencintai dirinya dan Nabi, tapi beliau masih lebih mencintai Nabi dari orang lain). “Tidak”, kata Rasul. “Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya (demi Allah), (Anda tidak beriman) hingga aku lebih kau cintai dari dirimu”, lanjut Rasul “Sekarang engkau sungguh lebih aku cintai dari diriku,” kata Umar. Nabi mengatakan, “Sekarang (telah benar cintamu padaku) wahai Umar.”
Kecintaan pada Rasul akan menjadi sebab kita bisa berkumpul bersama beliau di surga kelak. Karena setiap orang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya. Ini merupakan keutamaan yang agung. Kita dapat dikumpulkan bersama Nabi di surga meski tidak mampu beramal seperti beliau.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-40] Hidup di Dunia Hanya Sebentar
Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pembawa ajaran terkhir, yang mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran dan menyelamatkannya dari tepi jurang neraka.
Untuk itu seharusnya kita tergugah untuk mengikutinya dengan bentuk amal sholeh sebagai ungkapan cinta kita kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang mencintai beliau, sudah sepantasnya mengikutinya dengan kegiatan yang sesuai dengan anjuran syariat Islam sebagai bukti cinta kita kepadanya.
Dan bukan sebaliknya, dengan melaksanakan kemaksiatan dan kemungkaran yang bertolak belakang, kata cinta kepadanya. Kita tingkatkan kecintaan dan ketaatan pada ajaran yang di bawa olehnya.
Baca Juga: Mengatasi Kesulitan Sesama
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Q.S. Ali-Imran [3] 31-32:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوني يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ قُلْ أَطيعُوا اللهَ وَ الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لا يُحِبُّ الْكافِرينَ
“Katakanlah, ‘jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali-Imron: 31-32)
Saat ini kita berada di Bulan Rabiul Awal, Rabiul Awal merupakan bulan yang paling istimewa di antara bulan-bulan dalam kalender Hijriah lainnya.
Baca Juga: Meraih Ketenangan Jiwa, Menggapai Kebahagiaan Sejati
Setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal, umat Islam, memperingati satu peristiwa yang penting, yaitu kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wassalam. Kita memperingati Maulid Nabi tidak lain adalah untuk mengenang kembali jasa-jasa, pengorbanan, perjuangan dakwahnya.
Memperingati Maulid Nabi juga untuk menunjukkan kecintaan kita kepada beliau. Alangkah naifnya, jika Rasulullah Shallallahu Alahi Wassalam begitu mencintai kita, telah berkurban jiwa raga untuk menyelamatkan kita dari kesesatan, namun kita justru tidak menghargai dan membalas cinta beliau itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Baca Juga: Beberapa Kejanggalan dalam Kebakaran di California
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, serta amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. At-Taubah [9]: 128)
Bertepatan dengan peringatan maulid nabi ini, marilah kita banyak mengenang sosok dan jasa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam, mencontoh dan meneladani seluruh perkataan maupun perbuatannya, serta melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarangnya.
Sebagai wujud cinta dan kasih umat Manusia kepada Allah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, mendapat ampunan dari Allah atas segala dosa dan dimasukan kedalam surga kecuali yang enggan.
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” Para sahabat bertanya: “Wahai, Rasulullah! Siapakah yang enggan?” Beliau menjawab: “Siapa saja mentaatiku, ia masuk surga, dan siapa saja bermaksiat kepadaku, maka ia benar-benar enggan (masuk surga)”. [HR Bukhari, no. 7280, dari Abu Hurairah].
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-39] Tidak Sengaja, Lupa, Berarti Tidak Dosa
Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan yang Dia cintai dan ridhai. Amiin ya Rabbal Alamin.
Wallaahu a’lam Bissoab.
(A/R8/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Inilah Doa Ketika Melihat Kebakaran Sesuai Hadits