Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iman, Jihad, dan Hijrah: Tiga Pilar Tegaknya Kalimatullah

Ali Farkhan Tsani Editor : Rudi Hendrik - 34 detik yang lalu

34 detik yang lalu

0 Views

Ali Farkhan Tsani (Dok MINA)

AYAT-AYAT Al-Quran yang berkaitan dengan iman, hijrah, dan jihad, serta keterkaitannya, terdapat antara lain di dalam Surat Al-Baqarah ayat 218.

Firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah [2]: 218).

Baca Juga: Seluruh Pemeluk Dienul Islam Adalah Muslim

Di dalam Tafsir As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H menjelaskan, amalan-amalan yang tiga tersebut, yakni iman, hijrah dan jihad, merupakan tanda-tanda kebahagiaan dan poros utama penghambaan kepada Allah.

Dengan semua itu dapat diketahui keuntungan dan kerugian yang diderita seorang manusia. Adapun tentang keimanan, maka tidaklah perlu Anda bertanya lagi tentang keutamaannya, dan bagaimana menanyakan suatu hal yang merupakan pembeda antara orang-orang yang bahagia dari orang-orang yang sengsara? demikian juga pembeda antara penghuni surga dan penghuni neraka. Dan iman itulah yang apabila ada pada seorang hamba, niscaya amalan kebaikannya diterima, dan bila tidak ada, niscaya tidak akan diterima dari tindakan, keadilan, kewajiban, dan sunnahnya.

Hijrah adalah meninggalkan orang-orang yang dicintai dan disayangi hanya untuk mencari ridho Allah. Maka seorang yang berhijrah meninggalkan negeri, harta, keluarga, dan teman sejawatnya sebagai suatu pendekatan diri kepada Allah dan pembelaan terhadap agama-Nya.

Jihad adalah mengerahkan upaya dalam memerangi musuh, dan usaha yang maksimal dalam membela agama Allah dan memberantas ajaran setan. Jihad itu adalah puncak dari segala amal shalih dan balasannya adalah balasan yang paling utama, dan sebab paling dominan untuk memperluas negeri Islam, menghinakan hamba-hamba berhala, menciptakan keamanan bagi kaum Muslimin pada diri, harta, dan anak-anak mereka.

Baca Juga: Ukhuwah Islamiyah dan Pembebasan Al-Aqsha

Barangsiapa yang menegakkan tiga perbuatan tersebut dengan menghadapi segala kesulitan dan rintangannya, maka perbuatan-perbuatan selainnya akan lebih ditegakkan dan disempurnakan. Karena itu pantaslah bagi mereka untuk menjadi orang-orang yang mengharap rahmat Allah, karena mereka telah melakukan sebab yang mengharuskan adanya rahmat bagi mereka.

Di sini terdapat dalil bahwasanya harapan itu tidaklah dilakukan kecuali setelah melakukan sebab-sebab kebahagiaan. Sedangkan harapan yang diiringi dengan sifat malas dan tidak melakukan sebab-sebabnya adalah merupakan kelemahan, angan-angan kosong dan bualan, dan itu menunjukkan lemahnya cita-cita pelakunya, kurangnya akal, sama seperti orang yang menghendaki seorang anak tanpa menikah, dan mengharapkan hasil panen tanpa menanam biji dan tidak menyiramnya, dan semacamnya.

Dalam firman Allah, “mereka itu mengharapkan rahmat Allah,” terkandung sebuah isyarat bahwa seorang hamba itu walaupun telah banyak melakukan amal, tidaklah baik baginya hanya bersandar pada amal-amal tersebut dan hanya berpatokan padanya. Namun seharusnya ia juga mengharap rahmat Allah, diterimanya amal amal tersebut, ampunan bagi dosa-dosanya, dan ditutupi aib dan kekurangannya.

Karena Allah itu berfirman, “Dan Allah maha pengampun,” artinya, bagi yang bertaubat secara benar benar, “lagi maha penyayang.” Rahmat-Nya luas melingkupi segala sesuatu, kedermawanan dan kebajikan-Nya menyeluruh kepada setiap makhluk hidup.

Baca Juga: Istighfar Kunci Perubahan Nasib: Tadabbur Qur’an Surat Nuh Ayat 10-12

Di sini terdapat dalil bahwa orang yang mengerjakan amalan amalan tersebut akan memperoleh ampunan Allah. Karena kebaikan itu akan menghapus dosa-dosa dan ia mendapatkan rahmat dari Allah.

Apabila ia telah mendapat ampunan, niscaya ia akan terhindar dari hukuman dunia dan akhirat yang merupakan manifestasi dari dosa-dosa yang telah diampuni, dan bekas-bekasnya tidak lenyap. Apabila ia memperoleh rahmat, maka ia telah memperoleh segala kebaikan di dunia maupun di akhirat, Bahkan amalan-amalan mereka tersebut juga merupakan rahmat Allah terhadap mereka.

Inilah Iman, Jihad, dan Hijrah: Tiga Pilar Tegaknya Kalimatullah. Iman, merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hijrah, secara bahasa berarti berpindah tempat, dalam konteks Islam bisa berarti berpindah dari tempat yang buruk ke tempat yang baik, atau dari kemaksiatan menuju ketaatan. Hijrah juga bisa dimaknai sebagai perubahan sikap dan perilaku menuju yang lebih baik.

Jihad, secara bahasa berarti bersungguh-sungguh, dalam konteks Islam bisa berarti berjihad di jalan Allah dengan harta, jiwa, dan pikiran untuk menegakkan agama Allah.

Baca Juga: Israel Vs Iran, Ketika Serangan Membentuk Keberimbangan Regional

Ayat ini menegaskan bahwa iman, hijrah, dan jihad adalah satu kesatuan yang saling berkaitan dalam kehidupan seorang Muslim. Tidak mungkin seseorang bisa berjihad di jalan Allah tanpa memiliki iman yang kuat dan melakukan hijrah dari hal-hal yang buruk. Hijrah menjadi jembatan yang menghubungkan antara keimanan dan jihad, karena dengan berhijrah, seorang Muslim akan memiliki landasan yang kuat untuk berjihad di jalan Allah.

Dalam ayat lain, seperti surat At-Taubah ayat 20, juga disebutkan tentang keutamaan orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS At-Taubah [9]: 20).

Baca Juga: Mengapa Harus Hadir di Majlis Taklim? Inilah 5 Keutamaannya yang Wajib Diketahui

Di dalam Kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah menjelaskan, orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Yakni lebih berhak mendapatkan kebaikan daripada golongan orang-orang musyrik yang membangga-banggakan amalan-amalan mereka yang terhapus dan tidak diterima.

Merekalah, orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad, yang mendapatkan kemenangan. Yakni mendapat keistimewaan berupa kemenangan dari Allah yang tidak didapatkan oleh orang-orang musyrik, meski orang-orang musyrik tersebut telah memberi minum para jamaah haji dan memakmurkan Ka’bah dan Masjidil Haram.

Ibnu Abbas berkata, ketika Abbas menjadi tawanan di Perang Badar, ia berkata, “Jika kalian telah mendahului kami dalam masuk Islam, berhijrah, dan berjihad maka sesungguhnya kami telah memakmurkan Masjidil Haram, memberi minum jamaah haji, dan membebaskan tawanan.”

Maka, iman, jihad, dan hijrah yang menjadi tiga pilar tegaknya kalimatullah, merupakan syarat untuk meraih kemenangan, termasuk dalam pembebasan Al-Aqsa, Palestina.

Baca Juga: Ketika Dosa Tampak Indah: Wajah Fitnah di Ujung Zaman

Begitulah keterkaitan antara iman, hijrah, dan jihad, yang menunjukkan bahwa ketiganya merupakan konsep yang saling berkaitan dalam Islam. Iman menjadi landasan, hijrah adalah proses perubahan, dan jihad adalah perjuangan di jalan Allah. Ketiga hal ini menjadi kunci keberhasilan umat Islam dalam meraih rahmat dan ridha Allah. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Mengakui Negara Israel Dalam Prespektif UUD 1945

Rekomendasi untuk Anda