Tirana, 10 Shafar 1436/3 Desember 2014 (MINA) – Pembangunan masjid yang telah lama ditunggu di Tirana, ibukota Albania akan segera dilaksanakan setelah para pejabat memberikan izin bangunan.
“Ini adalah proyek bersama hasil kerja sama dengan Direktorat Agama Turki,” kata Ketua Masyarakat Muslim Albania, Skender Brucaj. On Islam melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Masjid baru ini ditunggu sejak 1990-an, mulai dibangun setelah Perdana Menteri Albania, Edi Rama memberikan izin kepada Brucaj minggu lalu.
Menurut Brucaj, Direktorat Agama Turki akan memasok dukungan keuangan yang diperlukan untuk bangunan.
Baca Juga: Denmark Tegur Wakil Presiden AS terkait Kritik Greenland
Rencana pembangunan masjid baru, akan berlokasi dekat gedung parlemen Albania, hal yang telah diumumkan pada awal 1990-an. Namun, pembangunan tidak dilanjutkan karena kendala hukum dan keuangan.
Masjid besar di negara mayoritas Muslim itu akhirnya akan dibangun, setelah masyarakat Katolik Roma dan Ortodoks membangun gereja-gereja mereka di tahun-tahun sebelumnya.
Menurut BBC, terdapat sekitar 60% dari penduduk Albania adalah Muslim, sementara itu Katolik Roma mencapai sekitar 10%. Negara ini juga memiliki populasi Kristen Ortodoks di bawah 10%.
Albania sering dianggap sebagai panutan bagi dunia karena hidup berdampingan antar agama, Muslim, Katolik dan Kristen Ortodoks telah hidup dalam damai selama berabad-abad di negara ini.
Baca Juga: KBRI Bucharest Gelar Shalat Idul Fitri dan Halal Bihalal, Ratusan WNI Hadir
Dalam sebuah kabupaten dengan mayoritas penduduk Muslim, permintaan akan masjid ini sangat besar.
Kekurangan masjid-masjid terjadi karena larangan yang diberlakukan oleh partai komunis yang berkuasa pada 1967-1990. Masjid dan gereja harus ditutup atau dihancurkan.
Saat menyerahkan izin pembangunan Masjid, Edi Rama mengatakan, museum antar agama juga akan dibangun. (T/P006/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menteri Rusia: BRICS Akan Bangun Sistem Pembayaran ‘Digital’ bagi Anggotanya
Baca Juga: Produsen Mobil Eropa ‘Sangat Khawatir’ dengan Tarif Baru AS