Jakarta, MINA – Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) terus mengevaluasi sistem keamanan menjelang digelarnya pesta olahraga Asian Games 2018 seiring dengan ancaman teror yang terus terjadi. INASGOC fokus pada keamanan fisik dan non fisik (siber).
“Kita dari panitia Asian Games tentu bekerja keras bagimana meminimalkan resiko-resiko itu, baik dari segi fisik maupun siber. Untuk siber kita sebagai panitia sudah membuat cyber protection,” ujar Ketua INASGOC Erick Thohir kepada MINA di Gedung Kominfo, Jakarta, Ahad (13/5).
Erick mengatakan, pihaknya terus menjalin bekerja sama dengan sejumlah lembaga terkait untuk meminimalkan hal-hal yang akan terjadi di sistem siber. Ia mencontohkan kejadian pada Pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyongyang beberapa waktu lalu yang sempat molor hingga satu jam.
“Waktu itu kan acara pembukaan tertunda hingga satu jam karena sistem ticketingnya di-hack. Nah itu yang sekarang kita coba lihat hal-hal semacam itu agar tidak terjadi,” katanya.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Sementara dari segi fisik, kata Erick, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TN) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di mana petugas dari kedua lembaga itu akan terlibat langsung di sekitar venue-venue Asian Games 2018.
“Selain dengan TNI dan Polri, kita juga sudah koordinasi dengan Badan Anti Teror di mana kita akan membuat desk khusus desk intelijen. Supaya bisa bersinergi menjaga keamanan secara total,” katanya.
Erick mengungkapkan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, panitia juga sangat konsen soal sistem akreditasi. Baik dari media, lembaga pemerintah, hingga penonton harus sudah terakreditasi. Hal ini, kata dia, semata-mata hanya untuk meminimalisir hal-hal yang tak diinginkan.
“Jadi teman-teman wartawan semua harus terakreditasi. Dari pemerintah pusat, dari pemerintah daerah itu semua terakreditasi. Tidak ada yang masuk ke venue itu tanpa akreditasi. Juga tidak ada yang membeli tiket kecuali dengan mendaftar secara detail misalnya dengan keterangan tempat tinggal di mana, nomor telpon, dan lain-lain,” paparnya.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Selain itu, INASGOC juga sangat memperhatikan keamanan lingkungan sekitar atlet. INASGOC, kata Erick, sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian bahwa setiap bus yang membawa atlet di dalamnya harus ada minimal satu petugas dari kepolisian dengan didampingi iring-iringan proteksi dari kepolisian dan lain-lain.
“Kita juga bersinergi dengan yang lainnya. Tetapi yang paling penting di sini adalah bagaimana masyarakat harus turut membantu keamanan ini secara bersama-sama. Karena belajar dari apa yang terjadi di Surabaya hari ini, apa yang pernah terjadi di Sudirman waktu itu, memang masyarakat perlu ikut berpartisipasi menjaga keamanan,” katanya menambahkan.
Ia ingin dengan adanya sosial media, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif. Sebab, kata dia, hal itu juga bisa mempercepat informasi sehingga petugas bisa melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan jika ada kejadian di sekitar area venue Asian Games 2018.
“Alhamdulillah juga kita sudah bersinergikan CCTV yang ada di DKI, di kepolisian, airport atau bandara. Khususnya yang ada di Gelora Bung Karno juga kita mendapat bantuan dari negara lain untuk yang sistemnya CCTV Face Recognition,” katanya.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Ia menjelaskan, untuk keamanan di Palembang sendiri sudah dilengkapi dengan CCTV yang saling berhubungan. Jadi ketika ada orang yang mencurigakan, kemanapun dia pergi bisa diikuti dengan CCTV. Hal-hal ini semua adalah upaya meminimalisir, karena resiko tetap ada.
Erick berharap kepada seluruh masyarakat Indonesia turut membantu menjaga keamanan, karena ia meyakini bahwa ancaman terbesar itu akhirnya dari dalam.
“Kita ini satu bangsa dan olah raga ini pemersatu. Dengan rendah hati, semua komponen masyarakat, lupakan perbedaan yang ada saat ini, karena ini kesempatan kita bersama-sama membangun Indonesia. Jadi dengan rendah hati saya meminta pihak-pihak untuk mereda, supaya ini menjadi succes story. Tahun 1962 aja bisa sukses, masa di tahun sekarang kita malah terpecah-pecah,” katanya. (L/R06/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama