Oleh: Hasanatun Aliyah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam STAI Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Amar ma’ruf nahi munkar, kalimat yang sering kali diucapkan oleh umat Islam terlebih para ulama, juga sudah sangat umum digunakan di Indonesia.
Kalimat Amar ma’ruf nahi munkar berasal dari bahasa Arab, yang asalnya adalah الأَمْرُ بِالمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيُ عَنِ الُمْنكَرِ (Al-Amru bil ma’rûf wan Nahyu ‘anil munkar) artinya, “menyuruh kepada suatu kebaikan dan mencegah dari sesuatu yang diingkari oleh agama (mungkar).
Mengapa Harus Ber-amar Ma’ruf Nahi Munkar?
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Jika dipandang dari sudut syariah kata amar ma’ruf nahi munkar telah menjadi istilah yang merupakan ajaran pokok agama Islam. Mengapa?
Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 2
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam [mengerjakan] kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Kemudian dikuatkan oleh hadits, dari Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda;
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ .رواه مسلم
“Siapa yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, karena manusia hidup saling membutuhkan untuk bisa meraih kebahagiaan, harus berinteraksi dan bekerja dengan manusia lainnya, agar dapat membentuk sistem sosial yang harmonis, juga menggapai hidup yang berkualitas.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Manusia membutuhkan kebersamaan dalam kehidupannya, supaya dapat saling memberi dan saling mengambil manfaat. Orang kaya tidak dapat hidup tanpa orang miskin yang menjadi pegawainya, begitu pula orang miskin tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan memberi upah padanya, demikianlah seterusnya.
Berbuat baik harus dilakukan setiap orang dengan ikhlas dan sabar, terutama kepada Allah dengan beribadah kepadanya, kepada Rasulullah dengan mengikuti sunahnya, kepada orang tua dengan menghormatinya, kepada saudara, teman, orang yang tak dikenal maupun kepada ciptaan Allah yang lainnya.
Berbuat baik bisa dilakukan dengan perbuatan, ucapan, ataupun sikap kita. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zukhruf ayat 32:
أَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍلِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Dalam hal ini, Allah juga berkata bahwa orang mu’min adalah saudara sehingga diperintahkan untuk berdamai dan bertaqwa kepada Allah, seperti dalam surat Al-Hujurat ayat 10;
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda: “Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi.“
Dari petikan dalil dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan untuk berbuat baik, mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang munkar, tujuannya supaya beribadah kepada Allah.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ
“Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali-Imran:110)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Keutamaan Amar Ma’ruf
Mendapatkan Pahala
“Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda ; Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa sebagaimana dosanya orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun.”
Gugurnya Kewajiban
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Jika seseorang telah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar maka gugurlah kewajibannya (pelepas tanggung jawabnya), berhasil ataupun tidak berhasil. Karena tugasnya hanyalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran semampunya, sedangkan hasilnya Allahlah yang menentukannya. Sehingga ketika ia telah melaksanakan kewajiban, maka di akhirat ia tidak akan dituntut lagi.
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang Amat keras?” mereka menjawab: “Agar Kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” (QS. Al-A’raf : 164)
Suatu Bentuk Syukur
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Amar ma’ruf nahi munkar adalah bentuk syukur seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala nikmatnya khususnya nikmat sehat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ: فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِاْلمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ اْلمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
“Setiap persendian anggota tubuh salah seorang di antara kalian menanggung kewajiban bersedekah setiap paginya; maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah.” (HR. muslim No.720)
Sedangkan orang yang senantiasa bersyukur Allah akan menambah nikmatnya, Allah berfiman:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS. Ibrahim: 7)
Mendapat Rahmat Dari Allah
Diantara sebab turunnya rahmat Allah subhanahu wata’ala adalah amar ma’ruf nahi munkar. Karena dengannyalah masyarakat menjadi terkontrol, dengannyalah mereka terdorong melakukan kebaikan walaupun sedikit, dan dengannyalah api kemungkaran bisa padam. Sehingga dengan adanya amar ma’ruf nahi munkar penduduk suatu negeri akan menjadi orang-orang yang bertakwa.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Allah berfirman :
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ۬ۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥۤۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ۬
“Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 71)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf :96)
Dihapusnya Dosa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وِوَلَدِهِ وَجَارِهِ، يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ
“Fitnah seorang laki-laki di tengah keluarganya, hartanya, dirinya, anaknya dan tetangganya, dapat dihapuskan dengan puasa, shalat, shadaqah dan amar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Bukhari)
Dikabulkannya Do’a
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ قَبْلَ أَنْ تَدْعُوا فَلاَ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
“Serulah kepada kebaikan, dan cegahlah kemungkaran sebelum kalian berdoa sedang Allah tidak mengabulkannya.” (HR. Ibnu Majah)
Mendapat Kabar Gembira
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat Munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS. At-Taubah : 112)
Orang yang Beruntung
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104)
Adapun keindahan yang dirasakan setelah atau ketika melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mendapatkan kedamaian di hati, pada diri, dalam hidupnya baik di dunia sampai akhirat, selain itu juga disayangi Allah dan Rasulullah serta keluarga dan teman-temannya, juga selalu dirindukan kehadirannya. Wallahu alam bishowab.
(R10/RS1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)