Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Kata maaf berasal dari bahasa Arab al-‘afwu yang artinya sikap memberi ampun terhadap kesalahan orang lain tanpa ada rasa benci, sakit hati, atau balas dendam.
Allah sendiri menyebut dirinya sebagai ‘Afuwwun yang artinya Maha Pemaaf. Sebagaimana firman-Nya:
إِن تُبۡدُواْ خَيۡرًا أَوۡ تُخۡفُوهُ أَوۡ تَعۡفُواْ عَن سُوٓءٍ۬ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَفُوًّ۬ا قَدِيرًا
Baca Juga: Aksi Kebaikan, Dompet Dhuafa Lampung Tebar 1445 Makanan Berbuka dan Takjil
Artinya: ”Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa.” (QS An-Nisa/4: 149).
Pada malam-malam Lailatul Qadar pun orang-orang beriman diminta memperbanyak permintaan maaf kepada Sang Maha Pemaaf.
Dalam untaian doa:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Baca Juga: Masjid Sekayu Semarang Cikal Bakal Pembangunan Masjid Agung Demak
Artinya: “Ya Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, suka memaafkan, maka maafkanlah aku”.
Sifat pemaaf ini pun telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam kehidupan sehari-hari. Beliau tidak pernah membalas orang lain yang menyakitinya, selama tidak menyinggung masalah agama Islam.
Namun, apabila melecehkan kehormatan Islam dan yang berhubungan dengan hak-hak Allah, beliau pun tidak memberi maaf. Sebab, pemaafan dalam hal ini berarti pelecehan terhadap hak-hak Allah.
Bahkan karena sudah terlalu sering Rasul disakiti oleh masyarakat jahiliyah, para sahabatnya mengadu agar Nabinya yang mulia segera berdoa supaya musuh-musuh yang di hadapannya langsung diazab Allah. Malaikat pun menawarkan dirinya untuk mengangkat sebuah gunung agar ditimpakan kepada kaum yang mendustakan Nabi.
Baca Juga: Berkah Ramadhan, Wahdah Tebar Paket Sembako
Tetapi, jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ”Aku diutus bukan untuk melaknati, tetapi aku diutus sebagai penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah! Berilah petunjuk kepada kaumku. Sesungguhnya mereka tidak mengerti.”
Allah pun menyebut keutamaan memaafkan ini dengan balasan ampunan Allah, antara lain di dalam ayat:
وَلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِينَ وَٱلۡمُهَـٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ
Artinya: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka [tidak] akan memberi [bantuan] kepada kaum kerabat [nya], orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An Nuur [24]: 22).
Memaafkan juga termasuk perbuatan mulia seperti disebutkan pada ayat:
Baca Juga: Riska Gelar Anjangsana Sosial di Rumah Belajar Merah Putih Cilincing
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٲلِكَ لَمِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
Artinya: “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Q.S. Asysyura/42: 43).
Di dalam hadits disebutkan :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Baca Juga: Masjid Jami’ Aulia Pekalongan Usianya Hampir Empat Abad
Artinya: “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi harta. Tidak pula ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Begitulah, memaafkan adalah balasan terbaik untuk sebuah kesalahan. Mungkin berat, tapi tidak untuk mereka yang punya kasih sayang. Memang kita tidak perlu bersusah payah untuk membalas dendam, cukup dengan memaafkan setiap kesalahan. Karena memaafkan adalah pembalasan yang terbaik.
Selain itu, dengan mudah memaafkan bukan berarti kita lemah. Namun justru karena kita cukup kuat dan dewasa untuk mengerti bahwa ada orang yang berbuat kesalahan kepada kita. Dan ada kita yang bersedia menghapus dosanya dengan cara memaafkannya.
Karenanya, meminta maaf tidak akan merendahkan kita, dan memberi maaf pun tidak akan menjadikan kita hina, dan mendoakan kebaikan orang lain tidak menjadikan kita turun derajat.
Baca Juga: Ini Lima Hikmah Puasa Ramadhan Sebagai Pendidikan Ruhiyah
Namun justru itu semua akan mendatangkan kasih sayang Allah, kebaikan manusia dan menunjukkan kemuliaan akhlak kita sebagai seorang Muslim. Insya-Allah.
Semoga kita diberi kelapangan hati pada bulan suci Ramadhan ini untuk mudah memaafkan kesalahan orang lain. Aamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tujuh Pesohor Non-Muslim Ini Pandai Baca Al-Quran, bahkan Hafal Sebagian Suratnya