Jakarta, 19 Muharram 1438/20 Oktober 2016 (MINA) – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai, selama dua tahun terakhir penurunan angka kesenjangan dan kemiskinan terlihat semu.
Peneliti INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penurunan kesenjangan lebih didorong faktor rendahnya konsumsi pada masyarakat kaya bukan karena naiknya pendapatan masyarakat miskin.
“Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan semakin tinggi jadi bukti bahwa orang miskin makin dalam jatuh ke jurang kemiskinan,” ujarnya dalam Diskusi INDEF dengan tema: “Dua Tahun Nawacita: Lampu Kuning Produktivitas dan Daya Saing”, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (20/10).
Selain itu ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi daerah merosot. Hal ini dikarenakan ketergantungan yang berlebihan terhadap sektor komoditas mentah membuat beberapa daerah seperti Kalimantan Timur dan Riau menghadapi pertumbuhan yang rendah bahkan negatif.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
Menurut Bhima, Pertumbuhan ekonomi makin kurang berkualitas. satu persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan 110 ribu lapangan kerja. Pada 2011 menyerap 225 ribu orang. Dulu saat boom commodity 1 persen pertumbuhan mampu menyerap 500 ribu orang.
Sementara itu, pembangunan antar wilayah masih timpang tercermin dari meningkatnya porsi Jawa terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
“Per triwulan II 2016, porsi Jawa sudah mencapai 58,8%, sementara Kalimamtan terus mengalami penurunan menjadi 7,61 persen. Investasi sebesar 52 persen juga masih tersedot di Pulau Jawa,” jelasnya. (L/P006/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan