Kementerian Kesehatan Negara Bagian Karala, India mengatakan, pria berusia 22 tahun itu meninggal pada 30 Juli 2022 di rumah sakit, sekitar sepekan setelah pulang dari Uni Emirat Arab (UEA).
Namun Menteri Kesehatan negara bagian Karala, India, Veena George, dalam keterangan mengatakan, pemuda itu tidak mengalami gejala cacar monyet. Ia dirawat karena gejala radang otak dan kelelahan.
“Dua puluh orang yang berpotensi tertular sedang diawasi, termasuk anggota keluarga, teman-teman yang bermain sepak bola dengannya, dan staf medis.” tambahnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sejak awal Mei, sebanyak 18.000 kasus cacar monyet tercatat di luar Afrika dan mayoritas terjadi di Eropa.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Pekan lalu, Brazil mencatat satu kematian dan dua kematian di Spanyol terkait cacar monyet.
Namun, belum bisa dipastikan apakah penyebab kematian tiga orang tersebut akibat cacar monyet. Pemerintah Spanyol masih mengotopsi korban tersebut, sementara pemerintah Brazil mengatakan, korban yang meninggal memiliki riwayat penyakit tertentu.
“Kami memperkirakan angka kematian akan terus bertambah seiring menyebarnya wabah ini di Eropa,” jelas Catherine Smallwood, petugas darurat senior WHO untuk Eropa.
Dia juga menerangkan, yang harus dilakukan saat ini adalah mencegah penyebaran wabah ini di Eropa dengan segera mungkin.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Seperti dikutip dari Warta Ekonomi, Cacar monyet adalah penyakit yang berasal dari binatang (zoonosis) dan ditularkan lewat gigitan, cairan tubuh hewan yang terinfeksi, dan daging mentah atau daging setengah matang dari hewan tersebut.
Penularan dari pasien cacar monyet ke manusia dapat terjadi jika terkena cairan tubuh atau percikan napas dan menyentuh langsung barang yang digunakan pasien, seperti baju, kain, dan seprai. (T/Ri/RE1/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia