New Delhi, MINA – Penguncian (lockdown) secara nasional di India karena pandemi virus corona (COVID-19) menimbulkan kekacauan pada ribuan pekerja migran di ibu kota New Delhi.
Penguncian yang diberlakukan India adalah yang terluas dibandingkan negeri-negeri lain di dunia.
Dengan sedikit pilihan transportasi, ribuan orang, kebanyakan pekerja harian laki-laki muda dan juga berkeluarga, telah menempuh perjalanan pulang pergi berjalan kaki selama kurun waktu 21 hari yang dimulai pada Rabu, 25 Maret 2020.
Para pekerja mulai melarikan diri dari New Delhi setelah Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan penguncian, yang secara efektif membuat jutaan orang India hidup dari pendapatan harian di luar pekerjaannya. Proyek-proyek konstruksi, layanan taksi, tata graha dan pekerjaan sektor informal lainnya terhenti secara tiba-tiba.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Modi mengatakan, langkah ekstrem diperlukan untuk menghentikan penyebaran virus corona di India yang telah mengkonfirmasi lebih dari 900 kasus dan 24 kematian. Sementara jutaan orang hidup dalam kondisi sempit tanpa akses reguler ke air bersih.
Kementerian Keuangan India mengumumkan paket stimulus ekonomi 1,7 triliun rupee (US$ 22 miliar) yang akan mencakup pemberian jatah biji-bijian dan lentil selama tiga bulan kepada 800 juta orang, sekitar 60 persen dari negara terpadat kedua di dunia itu.
Eksodus massal pekerja
Namun, ribuan orang India yang paling rentan, yang takut mati bukan karena penyakit virus itu melainkan karena kelaparan, memutuskan untuk tidak menunggu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Seperti Ram Bhajan Nisar, seorang pelukis. Ia bersama istri dan dua anaknya -berusia lima dan enam tahun- adalah termasuk dari kelompok 15 orang yang berjalan kaki dari New Delhi ke Gorakhpur, sebuah desa di Negara Bagian Uttar Pradesh yang perbatasan dengan Nepal, sekitar 650 km ( 400 mil) jauhnya.
“Bagaimana kita bisa makan jika kita tidak menghasilkan?” tanya Nisar. Ia menambahkan bahwa keluarganya hanya memiliki uang yang bisa membuatnya berbelanja empat atau lima hari tanpa bekerja, tetapi tidak selama tiga pekan penuh seperti masa waktu perintah tinggal di rumah.
Nisar mengatakan pada Sabtu, 28 Maret 2020, sebuah bus telah membawa keluarganya semalaman dari daerah jembatan perbatasan ke distrik Uttar Pradesh di Shahjahanpur.
Dari sana, mereka berjalan dan menumpang troli traktor pertanian, rasa lapar mereka untuk sementara berkurang oleh makanan di kuil Sikh dan pemberian dari orang-orang Samaria yang baik di jalan, ketika mereka berjarak lebih dekat ke rumah. Mereka menunggu di sebuah halte bus untuk mendapat transportasi pemerintah yang bisa membawa mereka melanjutkan perjalanan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Jika tidak ada bus yang berhenti, kata Nisar, rombongan itu akan terus berjalan atau menumpang sampai mereka tiba di desa mereka.
“Banyak pekerja migran merasa tidak punya pilihan selain berjalan pulang. Mereka berjalan di sepanjang jalan raya, di sepanjang rel kereta tanpa akses ke makanan, tidak ada akses ke sanitasi dasar,” kata Elizabeth Puranam dari Al Jazeera, yang melaporkan dari New Delhi.
Pemerintah diminta bertindak
Pihak berwenang mengirim armada bus ke pinggiran New Delhi pada Sabtu (28/3) untuk menemui eksodus pekerja dari negara bagian lain yang mati-matian berusaha mencapai desa asal mereka.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ketua Menteri Negara Bagian Delhi Arvind Kejriwal mengatakan di Twitter, pemerintah Negara Bagian Uttar Pradesh dan Delhi telah mengatur bus untuk para pekerja yang terlantar.
“Saya masih mengimbau semua orang untuk tetap di tempat mereka sekarang,” katanya. “Kami telah mengatur tempat tinggal, makan, minum, semuanya di Delhi. Harap tetap di rumah Anda. Jangan pergi ke desa Anda. Jika tidak, tujuan dari kuncian (lockdown) akan sia-sia.”
Puranam mengatakan, tempat penampungan tunawisma Delhi dipenuhi orang dan pemerintah negara bagian telah memutuskan untuk mengubah sekolah umum menjadi tempat penampungan mulai Ahad, 29 Maret.
Pemerintah Uttar Pradesh, yang berbatasan dengan New Delhi, mengirim armada bus umum dan pribadi dengan ruang untuk 52.000 orang ke daerah jalan layang di perbatasan Delhi, tempat ribuan orang terdampar, menurut juru bicara pemerintah negara bagian Awanish Awasthi.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Ketika kerumunan membengkak di pos pemeriksaan perbatasan di seluruh India, pemerintah daerah disarankan untuk mendirikan akomodasi tenda di sepanjang jalan raya untuk pekerja migran dan mendirikan kamp bantuan di kota-kota.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan, pemerintah daerah juga telah diminta untuk memberi tahu pekerja migran tentang langkah-langkah yang diambil dalam upaya untuk mencegah mereka meninggalkan keberadaan mereka saat ini. (AT/RI-1/RS2)
Sumber: Al Jazeera
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan