Jakarta, 4 Sya’ban 1435/2 Juni 2014 (MINA) – Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan Indonesia ke depan memiliki rencana jangka panjang wisata syari’ah yang kini mulai dicari para wisatawan dunia.
“Berkisar pada 2020, Indonesia punya roadmap sendiri untuk itu,” kata Sapta yang membawakan materi “Indonesia Vision On Inclusive Islamic Tourism” dalam konferensi internasional syari’ah pertama di dunia yang berlangsung di Jakarta (2-3 Juni 2014).
Konferensi yang dihadiri menteri Organisasi Kerjasama Islam ini juga menguatkan komitmen negara-negara OKI dan para pengusaha Muslim yang hadir untuk bersatu meningkatkan sektor yang mulai dibutuhkan para wisatawan tersebut.
Tidak hanya itu, para pengusaha Jepang pun (bukan anggota OKI –red) ikut datang dalam konferensi yang dirasa penting ini, menyusul keputusan pemerintah negeri sakura itu untuk membangun wisata syari’ah dalam upaya meningkatkan pariwisatanya dari negara-negara Muslim yang tiap tahun berkembang pesat.
Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza
Pada kesempatan itu, Sapta menjelaskan secara terperinci road-map Indonesia dalam membangun wisata syari’ah, termasuk peluang dan tantangannya. Ia mengatakan, masa kini orang sudah melirik ke hal-hal yang lebih familiar dan ramah bagi mereka dalam bentuk apapun termasuk gaya hidup, wisata, pekerjaan, nilai-nilai budaya, sehingga ini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang syar’i, halal, dan mengedepankan kebaikan.
Sapta melanjutkan, ekonomi Islam semakin meningkat dari tahun ke tahun, hampir mengungguli Cina (8,5 tirliun dolar AS per tahun) yang terus tumbuh pesat dalam perekonomiannya. Terlebih, negara-negara Muslim yang tergabung dalam OKI memegang 60% sumber daya alam dunia, dan ini menjadi peluang paling besar dalam memacu kerja sama lebih antar anggota, termasuk dengan hadirnya wisata syari’ah yang mulai dilirik dunia.
Sapta juga menegaskan prinsip-prinsip yang dipegang Indonesia dalam mengembangkan wisata yang satu ini, salah satunya dengan menjunjung tinggi nilai Islam yang rahmatan lil alamiin (rahmat bagi seluruh alam) yang berarti wisata syari’ah ini tidak hanya menguntungkan wisatawan muslim saja namun juga manusia pada umumnya, apapun jenisnya.
“Saya bisa katakan, bank syari’ah terbesar di Indonesia ada di Bali, dan penduduk di sana 90% adalah Hindu, jadi syari’ah memang menguntungkan bagi rakyat selain non muslim pun,” kata Sapta dengan antusias.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Hal serupa disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dalam pertemuan pagi harinya dengan para wartawan. Mari mengatakan, wisata syari’ah ini akan bermanfaat bagi seluruh manusia apapun agamanya.
Dan mengenai standarisasi wisata syari’ah, Mari mengatakan akan lebih baik jika standar wisata syari’ah dibuat oleh seluruh anggota negara OKI, sehingga tidak membeda-bedakan negara masing-masing.
“Dan nanti wisata ini tidak hanya sebatas religi saja, namun juga ada pelayanan-pelayanan lain yang ramah untuk muslim dan bisa dikategorikan dengan wisata syari’ah ini,” tambah Mari.(L/Nidiya/P03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris