Jakarta, 16 Shafar 1434/29 Desember 2012 (MINA) – Indonesia mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan sengketa di Laut Cina Selatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya upaya yang dilakukan Indonesia dalam menyelesaikan sengketa kepemilikan yang dilakukan Cina, Taiwan, dan empat anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. “Sudah banyak upaya yang dilakukan Indonesia dalam penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan.
Upaya ini dilakukan agar ASEAN tidak terpecah belah,” kata Fahmi Salsabila, Pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dihubungi Mi’raj News Agency (MINA) di Jakarta, Jum’at malam (28/12).
Laut Cina Selatan merupakan sebuah perairan yang merupakan jalur yang strategis sebagai rute perdagangan internasional dan berpotensi kaya akan sumber daya minyak dan gas. Saling klaim kepemilikan wilayah Laut China Selatan dilakukan sejumlah negara pesisir di sekitarnya. Menurut Fahmi, posisi Indonesia sangat menguntungkan dimana Indonesia sebagai anggota ASEAN terbesar, tidak termasuk negara pengklaim sehingga memungkinkan untuk menjadi penengah sengketa kepemilikan wilayah Perairan seluas 3,5 juta kilometer persegi itu.
“Upaya untuk mendudukan pihak yang bersengketa melalui meja perundingan telah dilakukan Indonesia,” tegas Fahmi. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-21 ASEAN yang dilaksanakan di Kamboja pada bulan kemarin, untuk pertama kalinya ASEAN tidak mencapai satu konsensus pun dalam salah satu pertemuannya. Ketidakberhasilan anggota ASEAN mencapai kata sepakat dalam menyikapi isu Laut China Selatan menjadi alasan utama atas tidak adanya konsesus yang dicapai dalam KTT itu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Fahmi menjelaskan, Indonesia telah melakukan diplomasi ‘door to door’ atau diplomasi bolak-balik. Upaya diplomasi informal itu menghasilkan tata perilaku (code of conduct) yang bersifat mengikat atas Laut China Selatan. Aturan ini menjamin bila ada satu negara yang terlibat menahan diri, yang lain juga akan mengikuti. Dia berharap, pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tahun depan dimana Brunei Darussalam yang didaulat memimpin ASEAN dapat menyelesaikan sengketa kepemilikan wilayah Laut Cina Selatan.
Pernyataan Pribadi
Terkait dengan pernyataan Duta Besar Indonesia untuk Iran, Dian Wirengjurit saat diwawancarai Fars News Agency (FNA) yang menyatakan kekhawatiran Indonesia mengenai campur tangan Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara, Fahmi berpendapat, hal itu merupakan pernyataan pribadi dari Duta Besar Indonesia untuk Iran.
Dia juga menyatakan, AS mempunyai kepentingan di Laut Cina Selatan mengingat kawasan itu merupakan jalur yang merupakan penghubung kapal-kapal yang berlayar dari kawasan Timur Tengah membawa muatan minyak bumi.
“AS sangat berkepentingan di wilayah Laut Cina Selatan. Untuk itu, AS khawatir Cina memenangkan sengketa kepemilikan wilayah pesisir itu jika sengketa itu di bahas di Mahkamah Internasional,” kata Fahmi yang juga menjabat sebagai Sekjen Indonesian Society of Middle East Studies (ISMES). (L/R-022/R-008).
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina