Jakarta, 14 Sya’ban 1435/12 Juni 2014 (MINA) – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dr. Mahmuddin Yasin,MBA, mengatakan bahwa diprediksikan pada tahun 2030 Indonesia akan berpotensi menjadi ranking tujuh besar dunia dalam bidang ekonomi, dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan.
“Melihat Fakta-fakta pendukung dan potensi yang dimiliki, dalam pertumbuhan ekonomi sepuluh tahun terakhir, sumberdaya alam, daya tarik investasi dan bisnis, nilai-nilai budaya historikal, menjadi modal yang harus dimanfaatkan Indonesia” kata Mahmuddin pada seminar nasional dalam rangka dies natalis UNJ ke-50 dengan tema “UNJ Emas: Sinergi Mewujudkan Pendidikan Unggul dan Berkeadilan Dalam Kebihinekaan” Rabu (11/6)
Ia menilai masih banyaknya tantangan dan masalah yang dihadapi di Indonesia dengan rendahnya Human Development Index (HDI), rendahnya Education Development Index (EDI) dan masih rendahnya kesejahteraan.
“Human Development Index pada 2013 Indonesia berada pada urutan 121 dari 187 negara. Peringkat negara-negara lainnya seperti di Singapura (19), Brunei (30), Malaysia (65), ini membuktikan tidak kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun di luar negeri” ujarnya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Ia mengatakan, rendahnya pendidikan saat ini, tenaga kerja kurang terdidik masih tinggi lebih dari 65 persen dari total tenaga kerja, dan rendahnya kesenjangan antara kaya dan miskin masih lebar bahkan semakin naik dalam 5 tahun terakhir.
“Rendahnya pendidikan terlihat dari data BPS (Badan Pendidikan Sosial) mayoritas tenaga kerja pendidikan rendah pada 2013, tidak tamat sekolah 47,9 persen, pendidikan menengah 42,3 persen, pendidikan tinggi 9,8 persen” tambahnya.
Selanjutnya ia menjelaskan, Tantangan lainnya yang dihadapi di Indonesia tingkat korupsi masih tinggi. Menurut CPI (Coorporation Perception Index) tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat 114 dari 117 negara. Peringkat ini sama dengan tahun sebelumnya.
“Global competitive index masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, daya saing Indonesia berada dalam kategori menengah, Indonesia masih di bawah Malaysia dan singapura,” jelasnya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Ia juga menilai, saat ini wirausaha dan inovasi dalam berbagai bidang relatif masih rendah. Indonesia hanya memiliki 428 ribu orang atau 0,18 persen dari jumlah penduduk. Idealnya agar negara bisa memiliki pertumbuhan yang dinamis dan berkesinambungan, seharusnya Indonesia memiliki 4,76 juta wirausaha atau 7 persen dari jumlah penduduk.
“Masalah dan tantangan yang dihadapi Indonesia harus diselesaikan secara tuntas mengingat batu loncatan pertama pada 2015 mendatang,” kata wakil Menteri BUMN itu.
“Indonesia juga banyak belajar dari negara lain untuk menerapkan langkah-langkah yang diperlukan, antara lain memanfaatkan teknologi dan inovasi sederhana sekalipun, menangkap peluang investasi, mengembangkan UMKM, kolaborasi dunia pendidikan dengan pemerintah dan dunia usaha. Kita tidak perlu malu belajar dari negara lain” ujarnya.
“Mempunyai rasa optimisme peningkatan daya saing, kapasitas instansi, infrastruktur, efesiensi pasar, teknologi dan inovasi, pendidikan dan kesehatan, adalah kunci-kunci pengembangan SDM dan pendidikan yang mutlak diperlukan,” tambahnya. (L/P010/R1).
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng