Jakarta, MINA – Hubungan bilateral antara Azerbaijan dan Indonesia telah berkembang dengan cepat dan dinamis sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1992.
Wakil Duta Besar Republik Azerbaijan Ruslan Nasibov menegaskan, hubungan politik tingkat tinggi antara kedua negara didasarkan pada prinsip-prinsip persahabatan, saling menghormati dan kerja sama.
“Kami bekerja sama sangat aktif dalam organisasi internasional; Indonesia dan Azerbaijan selalu saling mendukung di PBB, OKI dan organisasi internasional lainnya. Dukungan semacam itu memperkuat kemitraan kami dan menciptakan ikatan politik yang lebih kuat,” kata Nasibov saat Perayaan HUT ke-101 Tahun Republik Demokratik Azerbaijan dan Peringatan 100 Tahun Layanan Diplomatik Azerbaijan di Jakarta, Senin malam (29/4).
Pada kesempatan itu, Nasibov berbicara tentang berbagai topik mulai dari hubungan diplomatik bilateral hingga reformasi di bidang pembangunan ekonomi, sosial dan pendidikan Azerbaijan.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Kerjasama bilateral di bidang layanan publik kedua negara juga berkembang pesat. Azerbaijan berbagi pengalaman mengenai sistem pelayanan ASAN.
ASAN atau ‘Azerbaijan Service and Assessment Network’ yang berarti Jaringan Layanan dan Penilaian Azerbaijan, merupakan lembaga negara untuk layanan pemerintah bagi warga negara Azerbaijan.
Sistem tersebut memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses pelayanan dengan teknologi modern. Layanan ASAN dianugerahi Penghargaan Layanan Publik PBB 2015 untuk penyediaan layanan publik yang patut dicontoh.
Pemerintah Azerbaijan terus melaksanakan reformasi besar-besaran di semua bidang. Perkembangan ekonomi Azerbaijan yang cepat telah mengubah negara itu. Dalam 15 tahun terakhir, tingkat kemiskinan di negara itu turun menjadi 5,4 persen, sementara tingkat pengangguran berada pada 5 persen. Ekonominya tumbuh lebih dari tiga kali, dan dana senilai 260 miliar USD telah diinvestasikan ke negara itu.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Gerakan Non-Blok
Ia mengatakan bahwa tahun ini, Azerbaijan akan menjadi ketua dalam Gerakan Non-Blok (GNB) dan akan mengadakan KTT GNB pada 21-26 Oktober 2019 mendatang. KTT GNB kali ini mengambil tema “KTT GNB Baku: Menjunjung Prinsip-prinsip Bandung, untuk Memastikan Respon Terpadu dan memadai terhadap Tantangan Dunia Kontemporer”.
“Kami berharap Indonesia sebagai salah satu pendiri GNB akan aktif berpartisipasi dalam KTT ini,” ujarnya.
Nasibov mengatakan tahun ini, Azerbaijan untuk pertama kalinya bergabung dengan festival film “Europe on Screen” yang diadakan di delapan kota di Indonesia dari 18 hingga 30 April 2019.
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak
“Sebuah film dari Azerbaijan “Ali & Nino” sudah ditayangkan di Jakarta, Medan dan Surabaya.Film ini memiliki tim produser yang terdiri dari Kris Thykier yang terkenal dan Wakil Presiden Yayasan Heydar Aliyev, Leyla Aliyeva sebagai Produser Eksekutif, didasarkan pada novel legendaris karya Qurban Said,” imbuhnya.
Menteri Agraria dan Tata Ruang RI, Sofyan Djalil yang hadir untuk menyampaikan sambutan, mengharapkan kedua negara dapat berkomitmen untuk memperkuat kemitraan strategis secara bilateral.
Dia menjelaskan dalam bidang hubungan sosio-budaya dengan Azerbaijan, pemerintah Indonesia mencatat perkembangan positif yang ditandai dengan pendirian Pusat Studi Indonesia di Baku dan Azerbaijan corner di Jakarta, serta pengembangan Pencak Silat di Azerbaijan banyak diminati.
“Saya berharap semua inisiatif kedua negara di bidang politik, ekonomi dan budaya akan lebih mengembangkan dan memperkuat hubungan kita dan mempromosikan kontak antar warga kedua negara,” kata Sofyan.
Baca Juga: Krisis Suriah, Rifa Berliana: Al-Julani tidak Bicarakan Palestina
Hubungan Indonesia-Azerbaijan
Indonesia termasuk negara yang pertama mengakui kembali kemerdekaan Azerbaijan usai lepas dari cengkeraman Soviet.
Republik Demokratik Azerbaijan berdiri pada 28 Mei 1918. Pada 1920 negara tersebut jatuh dalam serangan Bolsevik dan menjadi bagian dari Uni Soviet.
Seiring dengan runtuhnya Uni Soviet, Azerbaijan meraih kembali kemerdekaannya, dan membangun kembali kedaulatannnya pada 18 Oktober 1991.
Baca Juga: AWG Selenggarakan Webinar “Krisis Suriah dan Dampaknya bagi Palestina”
Indonesia mengakui kedaulatan Republik Azerbaijan pada tanggal 28 Desember 1991 dan membuka hubungan diplomatik tanggal 24 September 1992 melalui penandatanganan Komunike Bersama di Moskow.
Pemerintah Azerbaijan membuka Kedutaan Besar di Jakarta pada 12 Februari 2006, sementara Indonesia membuka KBRI di Baku pada 2 Desember 2010.
Pada bidang ekonomi, nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Azerbaijan merupakan yang kedua terbesar di antara negara-negara ‘Commonwealth of Independent Countries’ (CIS) yang terletak di wilayah Eurasia (Asia Tengah dan Asia Utara).(L/R01/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan WNI dari Suriah Tiba di Tanah Air