Jakarta, 19 Rajab 1435/18 Mei 2014 (MINA) – Ahli dalam perbankan Islam dan industri keuangan di Indonesia,Muhammad Iman Sastra Mihajat berpendapat, Indonesia dan Pakistan harus bisa lebih meningkatkan hubungan bilateral terutama di sektor ekonomi mikro.
“Sebenarnya Indonesia dan Pakistan memiliki kesamaan dalam hal pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Bedanya indonesia jauh lebih maju dari Pakistan. Kedua negara sebenarnya bisa saling belajar satu sama lain,” kata Muhamad Iman saat dihubungi MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Ahad (18/5).
“Pakistan juga bisa belajar dari Indonesia tentang banyak hal seperti pengelolaan BMT (Baitul Mal wat Tanwil) dan koperasi syariah. Kegiatan ini langsung memberikan layanan pembiayaan ke sektor kecil yang kedepan mampu menekan angka kemiskinan di Indonesia sehingga diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja yang banyak kepada masyarakat sekitar” tambahnya.
Ia juga mengatakan,Bank syariah di Pakistan juga harus belajar dengan bank syariah di Indonesia tentang bagaimana caranya memberikan layanan pembiayaan ke sektor mikro kecil. Apa saja infrastruktur yang harus disiapkan, manajemen risikonya seperti apa.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Sebaliknya, penerapan ekonomi dan keuangan syariah termasuk sangat baik di Pakistan, apalagi didorong oleh pemerintah termasuk Bank Central Pakistan sendiri yang terus meningkatkan peran mereka dalam melayani masyarakat menengah kebawah” jelasnya.
Menurut laporannya saat ia mengisi pada acara seminar ekonomi syariah di Islamabad, Pakistan pada 5-9 Mei lalu, sebenarnya Pakistan dan Indonesia memiliki kesamaan, yaitu populasi msyarakat menengah ke bawahnya sangat mendominasi penduduk. Hanya, Pakistan masih belum semaju Indonesia, dan penghasilan penduduknya masih dibawah rata-rata indonesia
“Permasalahan yang masih dihadapi Pakistan sekarang adalah masih banyak bank syariah yang enggan memasuki sektor keuangan syariah mikro” ujar Peneliti Islamic Development Bank tersebut.
“Bagusnya, Pakistan memiliki ilmuwan- ilmuwan handal di bidang keuangan syariah, sedangkan Indonesia masih belum memiliki pakar-pakar syariah setaraf tersebut. Mungkin kita bisa belajar dari mereka” katanya
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Menurut Muhammad Iman, kelebihan lain, Pakistan mempunyai orang-orang handal dibidang ekonomi dan keuangan syariah yang diakui dunia, namun kekurangannya, sistem keuangan syariah mereka masih sangat kurang melirik sektor mikro, karena mereka masih mengkhawatirkan risiko yang sangat besar dan memerlukan infrastruktur yang lebih baik lagi jika mau masuk sektor ini.
Selanjutnya ia juga menjelaskan ekonomi Syariah di Islamabad termasuk sangat baik. masyarakatnya juga sangat sadar akan pentingnya ekonomi dan keuangan syariah. layaknya di indonesia, rata-rata masyarakat Pakistan ingin berpindah dari konvensional ke syariah. akan tetapi permasalahannya adalah pemahaman terhadap konsep bank itu sendiri masih terjadi perdebatan di antara mereka. akan tetapi market share mereka masih lebih dibandingkan Indonesia.
“Saat ini market share perbankan syariah mereka sudah mencapai 10 persen, sedangkan di Indonesia masih 4,8 persen. Bank Central Pakistan menargetkan untuk meraih 15 persen dalam 1 tahun kedepan, meskipun bagi sebagian orang ini terlalu ambisisus, akan tetapi minimal pangsa pasar bank syariah akan naik sekitar dua persen” tambahnya.
“Cara yang mereka lakukan sama persis seperti yang dilakukan pemerintah indonesia, dengan memberikan program pembiayaan kepada rakyat kecil menengah dengan margin yang rendah dan memberikan dukungan kepada lembaga-lemabaga keuangan mikro agar berkembang lebih pesat dan lain lain” kata Muhammad iman.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
“Prospek perekenomian di Islamabad sangat baik, kedepannya jika pemerintah dan lembaga keuangan mampu menyerap sektor UMKM dengan baik, saya yakin ekonomi akan lebih baik lagi dari sekarang”tambahnya. (L/P010/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng