New York, MINA – Menteri Luar Negeri Sugiono menyerukan negara-negara anggota BRICS untuk mengambil peran sentral dalam mendorong reformasi tata kelola keuangan global. Hal ini dilakukan untuk mempercepat dukungan pembiayaan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang tenggat waktunya semakin mendesak.
Pernyataan tersebut disampaikan Sugiono saat menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS yang digelar di sela Pekan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York, Jumat (26/9). Kehadiran Indonesia dalam forum ini menegaskan posisi Jakarta dalam mendorong kerja sama kolektif negara-negara Selatan Global (Global South) dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sugiono mengingatkan bahwa waktu yang tersisa untuk merealisasikan Agenda SDGs 2030 semakin menipis. Berdasarkan data terbaru, hanya sekitar 15 persen target yang berada pada jalur yang benar, sementara sebagian besar target lainnya meleset, bahkan beberapa mengalami kemunduran.
“Situasi ini menjadi alarm bagi kita semua untuk bertindak lebih cepat dan strategis. BRICS memiliki kekuatan dan tanggung jawab moral untuk memimpin perubahan dalam sistem keuangan global,” tegasnya.
Baca Juga: Demonstrasi Protes Krisis Air dan Listrik di Madagaskar, Lima Orang Tewas
Ia juga menyoroti kesenjangan pembiayaan yang dihadapi negara-negara berkembang. Saat ini, total kebutuhan pembiayaan mencapai angka fantastis US$4 triliun atau sekitar Rp66.712 triliun. Menurutnya, angka ini menunjukkan betapa vitalnya peran sistem keuangan global dalam mengatasi hambatan dan mempercepat upaya pembangunan.
Sugiono mendorong agar BRICS menjadi motor penggerak reformasi melalui langkah konkret, termasuk memperkuat akses negara berkembang terhadap pendanaan yang adil, transparan, dan berkelanjutan.
“Reformasi tata kelola keuangan global harus diarahkan untuk memastikan tidak ada negara yang tertinggal dalam perjalanan menuju SDGs. Keberhasilan kita dalam mengubah sistem ini akan menentukan masa depan dunia,” ujarnya.
Forum BRICS yang saat ini diperluas dengan keanggotaan baru, menurut Sugiono, memiliki posisi strategis untuk menciptakan keseimbangan dalam sistem keuangan dunia yang selama ini dinilai cenderung menguntungkan negara maju.
Baca Juga: Ratusan Massa Demo di Markas PBB Tolak Pidato Netanyahu
“Dengan kebersamaan dan visi yang jelas, BRICS bisa menjadi poros utama dalam membangun tatanan ekonomi global yang lebih adil,” tambahnya.
Pertemuan BRICS di sela Sidang Majelis Umum PBB ini diharapkan menghasilkan langkah nyata dalam memperkuat kerja sama keuangan, perdagangan, dan pembangunan, serta mempercepat pencapaian SDGs yang menyisakan waktu kurang dari lima tahun. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Irak Kecam Ancaman Netanyahu dalam Pidatonya di PBB