“Rakyat Indonesia sangat prihatin dengan krisis yang sedang terjadi di Mesir. Kita semua berdoa semoga Mesir bisa melewati krisis itu dengan damai dan tidak banyak rakyatnya yang menjadi korban,” kata Priyo saat acara silaturahim dan buka bersama Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Jakarta, Kamis (18/7).
Hubungan Indonesia-Mesir
Priyo yang juga anggota Presidium ICMI mengatakan, hubungan Mesir-Indonesia sangat bersahabat. Hubungan harmonis tersebut dijalin dengan adanya ribuan pelajar asal Indonesia di negeri kinanah itu.
Baca Juga: Jawa Tengah Raih Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah 2024 untuk Pelayanan Publik
“Kita semua tahu bahwa hubungan Mesir-Indonesia sangat harmonis dan ribuan mahasiswa kita sedang belajar di sana,” ungkap Priyo.
Hubungan Indonesia-Mesir sudah dimulai sebelum kedatangan Islam. Sepanjang itu pula, rakyat Indonesia tidak akan pernah melupakan Mesir sebagai salah satu negara pertama di dunia yang mengakui Kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda.
Terlihat sepanjang sejarah hubungan kedua negara ini tidak pernah mengalami masalah, bahkan terus berkembang dan bertambah kuat.
Dengan pengakuan Mesir dan negara Arab lainnya terhadap Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, segala jalan tertutup bagi Belanda untuk kembali atau memungkiri janji, sebagaimana yang selalu dilakukannya di masa-masa yang lampau.
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah
Selain itu, hubungan bilateral kedua negara yang dimulai sejak pra kemerdekaan pada era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto hingga era reformasi terlihat begitu harmonis. Tidak pernah mengalami goncangan ataupun melemah akibat krisis dan berbagai perubahan yang terjadi di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Bagi rakyat Mesir, Bung Karno dikenal dengan nama Ahmad Soekarno. Bung karno dan mendiang Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser merupakan sahabat karib dan saling berkerja sama dalam mengusung gerakan antikolonialisme dan kekompakan sesama negara dunia ketiga atau negara berkembang.
Pada saat itu,Presiden Soekarno, Presiden Nasser dan beberapa pemimpin negara lainnya menggalang Gerakan Non-Blok yang dikobarkan di tengah Perang Dingin.
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh mantan Duta Besar RI untuk Mesir, AM Fachir menegaskan peran penting yang dilakukan Mesir dan Indonesia dalam sejarah dunia, ketika dua pemimpin kedua negara Gamal Abdel Naser dan (Ahmad) Soekarno menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?
Prinsip-prinsip yang dideklarasikan KAA Bandung itulah yang menjadi basis hingga terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). (L/P04/P02/P01).
Mi’raj NewsAgency (MINA)
Baca Juga: Jurnalis Antara Sampaikan Prospek Pembebasan Palestina di Tengah Konflik di Suriah