Indonesia Ikuti Pertemuan Tahunan Badan Lingkungan Hidup PBB UNEA-6 di Nairobi

Delegasi Indonesia dipimpin Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Alue Dohong (Ketua Delegasi), dengan anggota Duta Besar RI di Nairobi, Dr. Mohamad Hery Saripudin (merangkap sebagai Alternate Ketua Delegasi), Pejabat-Pejabat KLHK, Kemenkomarinves, serta KBRI Nairobi, sukses berpartisipasi dan memperjuangkan kepentingan nasional pada pertemuan tahunan Badan Lingkungan Hidup PBB The United Nations Environment Assembly ke-6 (UNEA-6) pada 26 Februari–1 Maret 2024, di kantor pusat The United Nations Environment Programme (UNEP), Nairobi, Kenya.(Foto: KBRI Nairobi)

, MINA – Delegasi dipimpin Wakil Menteri dan Kehutanan, Dr. Alue Dohong  dengan anggota Duta Besar RI di Nairobi, Dr. Mohamad Hery Saripudin (merangkap sebagai Alternate Ketua Delegasi), Pejabat-Pejabat KLHK, Kemenkomarinves, serta KBRI Nairobi, sukses berpartisipasi dan memperjuangkan kepentingan nasional pada pertemuan tahunan Badan Lingkungan Hidup The United Nations Environment Assembly ke-6 (UNEA-6).

KBRI Nairobi memberitakan kepada MINA, Ahad (3/3), UNA-6 mengambil tema: ‘Effective, inclusive and sustainable multilateral actions to tackle climate change, biodiversity loss and pollution’ diselenggarakan pada 26 Februari–1 Maret 2024, di kantor pusat The United Nations Environment Programme (UNEP), Nairobi, Kenya.

UNEA yang beranggotakan 193 Negara Anggota PBB merupakan badan pengambil keputusan tertinggi di dunia untuk menetapkan prioritas kebijakan dalam mengatasi permasalalahan lingkungan global.

Lebih dari 5.000 delegasi dari 139 Negara Anggota PBB, serta sekitar 60 Menteri dan 50 Pejabat setingkat Wakil Menteri/Direktur Jenderal hadir pada UNEA-6.

Para delegasi membahas berbagai pemasalahan lingkungan global, mencakup isu ekonomi sirkular; tindakan multilateral yang efektif, inklusif, dan berkelanjutan menuju keadilan iklim; modifikasi radiasi matahari; pengelolaan bahan kimia dan limbah yang baik, serta badai pasir dan debu.

Presiden Kenya, Botswana, Djibouti, Gabon, Somalia, serta PM Ethiopia, Haiti, yang hadir pada pertemuan tersebut menyatakan kebulatan tekad untuk mempercepat tindakan multilateral terhadap tantangam global climate change, biodiversity loss, dan pollution and waste.

Presiden UNEA-6, Leila Benali, menyerukan persatuan dengan pemikiran yang terbuka dari seluruh negara dan warga dunia untuk mengatasi berbagai tantangan lingkungan demi kepentingan manusia dan bumi.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam pesan videonya menggarisbawahi peran penting UNEA dalam mendorong aksi lingkungan, dan memberikan solusi multilateral atas permasalahan lingkungan saat ini.

Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, meminta seluruh delegasi untuk mengesampingkan perbedaan politik, dan mendesak UNEA-6 untuk memberikan landasan kuat bagi aksi lingkungan hidup yang damai, adil, dan berkelanjutan.

Baca Juga:  Hardiknas, Fahmi Alaydroes: Selamat Hari ‘Keprihatinan’ Pendidikan Nasional

Delegasi Indonesia aktif mengikuti pembahasan/negosiasi seluruh rancangan keputusan dan resolusi yang dibahas, guna memastikan tercapainya kepentingan lingkungan hidup nasional dan global.

Pada sesi National Statements, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Alue Dohong, selaku Ketua Delegasi Indonesia menyoroti keberhasilan pencapaian target penurunan emisi nasional sebesar 47,28% (2020), 43,82% (2021), 41,61% (2022), dengan target Enhanced NDC Indonesia 2022 (dengan kapasitas sendiri dari 29% menjadi 31,89%, dan dengan dukungan internasional dari 41% menjadi 43,20%).

Indonesia juga menggarisbawahi keberhasilan pada pengelolaan air, yang akan menjadi showcase pada The 10th World Water Forum, di Bali, pada Mei 2024, serta mengundang partisipasi seluruh pihak pada pertemuan tersebut.

Indonesia mengakui dan mempertimbangkan perbedaan kapasitas dan kondisi masing-masing negara berdasarkan prinsip “Common But Differentiated Responsibilities”, dan “Precautionary Approach” sebagaimana Deklarasi Rio 1992.

“Indonesia telah meningkatkan kualitas lingkungan (tanah, air, udara), melalui langkah-langkah komprehensif, inovatif, terpadu untuk mengendalikan polusi melalui optimalisasi pengelolaan sampah (hulu-hilir) dan ekonomi sirkular dalam kerangka Zero Waste, Zero Emission 2030”, ujar Alue.

Dia menambahkan, Indonesia juga telah berupaya keras untuk menunjukkan komitmennya dalam menjaga pengelolaan mangrove berkelanjutan melalui inisiatif mangrove berketahanan iklim, dan mendirikan World Mangrove Center.

Indonesia mengajak negara-negara lain melakukan konservasi, restorasi dan pengelolaan mengrove secara berkelanjutan, mencegah dan mengatasi polusi yang merusak hutan mangrove, mencegah konversi hutan mangrove, meningkatkan R&D dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan mangrov.

Selain itu, meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan mangrove, serta memobilisasi sumber daya untuk konservasi, restorasi dan pengelolaan mangrove berkelanjutan.

Duta Besar Indonesia untuk Kenya, selaku Wakil Tetap Indonesia untuk UNEP, Dr. Mohamad Hery Saripudin, mengatakan bahwa UNEA-6 merupakan platform untuk menentukan norma tentang bagaimana negara anggota menyikapi berbagai isu lingkungan.

Baca Juga:  BBM di Radio Silaturahim: Intifada Intelektual di Kampus-Kampus AS

“Sebagai pemilik hutan mangrove terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia memberikan teladan yang baik dan’ Lead by Example’, yang menjadi kontribusi penting dalam mengatasi tantangan lingkungan global yang saling terkait (interlinkages)”, ucap Hery.

Dia mengatakan, Indonesia senantiasa mendorong sinergi antara proses dan inisiatif global pada berbagai platform multilateral, dengan pelibatan inklusif seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung pelestarian lingkungan dan mewujudkan dunia yang lebih hijau.

Di sela-sela UNEA-6, Delegasi Indonesia melaksanakan serangkaian pertemuan bilateral dengan Delegasi Jerman, UAE, Korea Selatan, Belanda, Suriname, Jepang, Brazil, Norwegia, Convetion on Bio Diversity, ASEAN Centre for Biodiversity, dan International Council for Research in Agroforestry.

Selain itu, Delegasi Indonesia juga berpatisipasi aktif dalam berbagai kegiatan paralel lainnya, seperti dialogues, negotiations, side events, working lunch/dinner, informal consultations, yang membahas tantangan dan bagaimana mengatasi masalah lingkungan hidup yang menjadi perhatian nasional, regional, dan global.

Indonesia juga sukses menyelenggarakan side event bertajuk “”World Mangrove Center – Leading by Example”, dibuka dengan opening remarks Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Alue Dohong, dan keynote speech Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, menghadirkan panelis dari Indonesia, Sri Lanka, Afrika, dan UNEP.

Kegiatan menggarisbawahi peran Indonesia sebagai negara champion dalam isu Mangrove, dan menekankan perlunya “will to connect”, termasuk melalui pendirian World Mangrove Center.

“Dengan jumlah peserta yang melampaui ekspektasi awal (lebih dari 100 orang peserta UNEA-6), menunjukan besarnya perhatian dunia atas kepemimpinan Indonesia dalam pelestarian mangrove yang berkontribusi signifikan pada upaya penanganan perubahan iklim,” ungkap moderator kegiatan, Danny Rahdiansyah (Pelaksana Fungsi Multilateral KBRI Nairobi).

Baca Juga:  Takluk dari Irak 2-1, Indonesia Gagal Rebut Juara 3 Piala Asia U-23 di Qatar

Deklarasi dan Resolusi

UNEA-6 menghasilkan Ministerial Declaration berisi dorongan meningkatkan upaya penanganan perubahan iklim, mendukung implementasi The United Nations Decade on Ecosystem Restoration, dan The United Nations Convention to Combat Desertification untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.

Selain itu, memerangi degradasi lahan/penggurunan dan deforestasi, transisi produksi pertanian/perikanan berkelanjutan, pengelolaan hutan berkelanjutan, mewujudkan just and sustainable energy transition, pengelolaan mineral/logam ramah lingkungan, aktif konstruktif pada negosiasi pembentukan instrumen internasional terkait polusi plastik.

Kemudiam meningkatkan kerja sama mengatasi polusi, dan meningkatkan upaya pengelolaan bahan kimia/limbah yang lebih baik, serta perlunya mengatasi tantangan global climate change, biodiversity loss, dan pollution and waste.secara komprehensif dan terpadu.

UNEA-6 mengadopsi 1 Report dan 2 Decisions, serta 15 Resolutions mengenai sirkularitas agroindustri tebu rendah karbon; peningkatan peran forum regional para Menteri/kantor regional program lingkungan hidup PBB dalam kerja sama multilateral mengatasi tantangan lingkungan hidup.

Selanjutnya pemajuan kerja sama-kolaborasi-sinergi implementasi Multilateral Environment Agreements (MEAs) dan instrumen lingkungan hidup terkait; aspek lingkungan mineral dan logam; peningkatan kerja sama UNEA-UNEP-MEAs; memerangi badai pasir dan debu; pemajuan gaya hidup berkelanjutan; pengelolaan bahan kimia/limbah yang baik.

Kemudian memajukan kerja sama regional mengatasi polusi udara global; penanganan pestisida yang sangat berbahaya; bantuan pemulihan lingkungan hidup di wilayah konflik bersenjata; solusi efektif/inklusif untuk memperkuat kebijakan air.

Terakhir memperkuat upaya internasional memerangi/memulihkan degradasi lahan/penggurunan, serta ketahanan terhadap kekeringan; memperkuat upaya kelautan untuk mengatasi tantangan global climate change, biodiversity loss, dan pollution and waste; dan amandemen instrumen pembentukan Global Environment Facilitiy (yang telah direstrukturisasi).

UNEA-6 juga menetapkan Oman sebagai Presiden UNEA-7 yang akan diselenggarakan di kantor pusat UNEP, Nairobi, Kenya, tanggal 8-15 Desember 2025.(R/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.