Jakarta, 8 Rajab 1438/6 April 2017 (MINA) – Menandai ulang tahun ke-1 Newton UK-Indonesia Science & Technology Fund di 2017, Pemerintah Indonesia dan Inggris mengumumkan 10 proyek penelitian kolaboratif baru, yang memiliki relevansi tinggi dengan pembangunan sosial-ekonomi Indonesia.
The Newton Fund UK-Indonesia, adalah program pembangunan kolaboratif resmi antara Pemerintah Inggris dan Indonesia pada area riset serta inovasi, demikian Info Publik melaporkan.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik, hadir dalam acara Peringatan Ulang Tahun Ke- 1 Newton UK-Indonesia Science & Technology Fund bertempat di Ruang Auditorium Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu, (5/4/).
Nasir mengatakan, para peneliti dan inovator merupakan aktor kunci dalam menggali potensi kekayaan negara. Indonesia bergerak maju untuk membangun masyarakat berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi akan memainkan peran kunci dalam mencapai ambisi itu.
Baca Juga: Menag Bertolak ke Saudi Bahas Operasional Haji 1446 H
“Hasil penelitian tidak dapat dikategorikan sebagai inovasi hingga hal tersebut digunakan oleh masyarakat luas. Untuk mencapai itu, kolaborasi riset dengan dunia internasional seperti dengan Inggris ini sangat dibutuhkan sehingga kita tidak perlu memulai riset dari awal,” tuturnya.
Nasir menyebutkan, total anggaran yang diperoleh dari kemitraan ini mencapai 14,5 juta poundsterling atau setara Rp240 miliar. Pada tahap awal, ada sepuluh perguruan tinggi di Indonesia dan Inggris yang dilibatkan.
Fokus risetnya masih mencakup delapan bidang prioritas, yakni ketahanan pangan, kesehatan, teknologi informasi, transportasi, nanoteknologi (advance material), energi terbarukan, serta maritim.
Nasir menyatakan Indonesia bergerak maju untuk membangun ‘masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based society). Ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi akan memainkan peran kunci dalam mencapai ambisi itu.
Baca Juga: Polisi Amankan Uang Rp150 M dari Kasus Judol
Akhir tahun 2016, tiga penyandang dana penelitian dan inovasi Indonesia, meliputi Kementerian Riset, Teknologi & Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), telah bekerjasama dengan 4 mitra pelaksana Inggris.
DIPI menerima dana pertama untuk kegiatan bersama dengan Newton Fund dari Kementerian Keuangan, melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Kerjasama Baru
Tahun ini, mitra pelaksana Inggris dan penyandang dana Indonesia, tengah mendiskusikan kemungkinan kerjasama di bidang ‘hydro-meteorological hazard’, dengan fokus khusus pada daerah perkotaan, serta penelitian unik terkait ‘geografis wilayah Wallacea.
Baca Juga: Polisi Tangkap Satu DPO Kasus Judol, Uang Rp5 M Diamankan
Sementara itu, Moazzam Malik mengatakan Inggris dan Indonesia telah sepakat untuk mengalokasikan dana komitmen bersama sebesar 3,8 juta poundsterling untuk mendanai proyek terbaik penelitian kolaboratif Inggris-Indonesia.
Newton Fund juga telah meningkatkan alokasi dana tahunan dari 2 juta sampai 3 juta untuk dapat memberikan inisiatif bersama baru. Saat ini Inggris terus memprioritaskan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi karena menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi akan memberikan solusi untuk tantangan global saat ini.
“Sumber daya yang kita dedikasikan untuk usaha ilmiah merupakan investasi kita di masa depan,” ujar Moazzam Malik.
Sementara itu dalam laporannya, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati mengatakan, Indonesia terbuka terhadap berbagai bentuk kerjasama internasional.
Baca Juga: Syubban Fatayat Masjid At-Taqwa Cibubur Gelar Program Youth Camp di Purwakarta
Kemristekdikti memahami pentingnya bekerja bergandengan tangan dengan mitra Internasional untuk memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, karena penelitian tidak mengenal batas.
Newton Fund merupakan program nyata buah dari ‘Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Inggris mengenai Riset dan Teknologi, yang penandatanganannya disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri David Cameron pada tahun 2015 lalu.
“Hari ini kita akan mendengarkan langsung dari peneliti terpilih betapa pentingnya penelitian mereka bagi kepentingan masyarakat, dan dengan kerjasama riset dan inovasi internasional kita akan memperoleh hasil yang lebih baik,” ujar Dimyati.
Pada 2017 ini, mitra pelaksana Inggris dan penyandang dana Indonesia, tengah membuka panggilan riset sektor bencana hidro-meteorologi dengan fokus khusus di daerah perkotaan, serta penelitian terkait wilayah Garis Wallace.
Baca Juga: UAR Beri Pelatihan Mitigasi Bencana di SDN Ragunan 05 Pagi Jaksel
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Met Office Inggris telah melakukan pembicaraan awal untuk penelitian bersama mengenai layanan cuaca dan iklim. British Council dan pemerintah Indonesia juga sedang melakukan finalisasi kerja sama beasiswa doktoral yang akan diluncurkan tahun ini.
Sementara itu Country Director British Council Indonesia Paul Smith mengatakan, penguatan kapasitas ilmiah di negara-negara ekonomi berkembang seperti Indonesia akan memastikan solusi ilmiah, teknik dan teknologi untuk isu-isu utama pembangunan. Hal ini juga akan menginspirasi dan melatih tenaga kerja teknis melek huruf dan kewirausahaan sekaligus menanamkan budaya kebijakan berbasis karya di lembaga-lembaga Indonesia.
Kolaborasi bersama antara peneliti Indonesia dan Inggris yang telah secara signifikan menata ulang sektor penelitian di Indonesia dan menunjukkan bagaimana pentingnya pengembangan kapasitas ilmiah bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia. (T/R06/B05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Gunung Dempo di Sumsel Erupsi, Status Level II Waspada