Sulawesi Utara, MINA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerjasama dengan GeoForschungsZentrum (GFZ) German Research Center for Geosciences dalam bidang Iptek dan Inovasi Pengembangan Panas Bumi.
Pemerintah Jerman melalui Kementerian Pendidikan dan Riset (BMBF) GFZ melakukan serah terima aset Pilot Plant PLTP Binary Cycle 500kW kepada Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidkkan Tinggi (Kemenristekdikti) di Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara, Senin (21/1).
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengaku senang atas terjalinnya kerjasama yang baik antara Indonesia dan Jerman dalam pengembangan energi terbaharukan, di bidang panas bumi tersebut.
“Kerjasama ini mendukung pelaksanaan kebijakan penelitian di Indonesia. Arah kebijakan penelitian di Indonesia sesuai dengan penguatan di 10 bidang fokus yang terdapat di Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), yaitu Pertanian dan Pangan, Kesehatan, Teknologi Rekayasa Engineering (termasuk Teknologi Informasi), Transportasi, Kelautan, Transportasi, Pertahanan, Sosial dan Humaniora, serta Energi (termasuk energi terbaharukan dan energi alternatif, dimana teknologi panas bumi juga termasuk),” kata Nasir.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Seiring dengan fungsi Kemenristekdikti, Nasir menambahkan, riset teknologi dan inovasi panas bumi di Indonesia terus menerus dikembangkan secara optimal.
Indonesia yang mempunyai sumberdaya geothermal (panas bumi) terbesar di dunia, yaitu sebesar 40% atau sekitar 28000 MegaWatt perlu mengembangkan varian teknologi energi yang bebas emisi dan atau polusi, untuk mengurangi dampak perubahan iklim (climate change) dan sudah terdapat beberapa industri tenaga listrik baik negeri maupun swasta yang telah menggunakan panas bumi atau geothermal ini.
“Saya bangga akan hasil kerjasama Iptek dan Inovasi Indonesia Jerman ini, karena teknologi dan inovasinya dapat dimanfaatkan juga oleh perguruan tinggi yang ada di Manado seperti Universitas Samratulangi, Universitas Negeri Menado, dan Politeknik Negeri Manado. Sehingga konsep ABG-C (Academic, Business, Goverment, dan Community) sudah berjalan dengan baik. Kerjasama Iptek dan Inovasi (Iptekin) dalam pengelolaan geothermal/panas bumi ini lebih advance karena sisa pengolahan panas bumi dapat dimanfaatkan kembali melalui proses Binary Cycle untuk menghasilkan tenaga listrik,” ungkap Nasir.
Nasir melanjutkan, saat ini melalui prototipe teknologi dan inovasi buatan Jerman, sisa pengolahan energi geothermal yang dimanfaatkan kembali sudah dapat menghasilkan listrik sebesar 500kW. Oleh karena itu, prototipe ini akan terus dikembangkan agar dapat diterapkan di lokasi geothermal lain.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Saat ini pemanfaatan geothermal di Indonesia hanya 4% dari 9% penggunaan energi renewable. Padahal Indonesia punya potensi geothermal yang besar, jika dimanfaatkan secara optimal dapat menghasilkan 28000-29000MegaWatt,” ujar Nasir.
Nasir juga berharap dengan sudah diserahterimakan aset geothermal ini, diharapkan nantinya dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia di bidang geothermal, pendidikan, dan penelitian. (R/R09/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September