Bonn, 19 Jumadil Awwal 1438/17 Februari 2017 (MINA) – Mengawali rangkaian kegiatan di pertemuan tingkat Menlu G20 yang pertama, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno L.P Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Jerman, Sigmar Gabriel, di Bonn, Jerman.
Kedua Menlu menekankan pentingnya kerja sama internasional dan multilateral dalam menciptakan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan global, demikian pernyataan Kemlu RI melaporkan, Jumat (17/2).
Dalam beberapa waktu terakhir, kedua Menlu meilhat telah berkurangnya semangat kerja sama multilateral dan mulai meningkatnya nasionalisme dan kebijakan proteksionis di berbagai negara. Pertemuan Menlu G20 diharapkan akan dapat mendorong kembali semangat kerja sama multilateral dalam mengatasi tantangan bersama.
“Berbagai tantangan global saat ini tidak akan dapat diatasi oleh negara secara individu, dan membutuhkan kerja sama internasional dan multilateral yang kuat,” ujar Menlu RI.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Dalam pertemuan, Menlu RI menyambut baik inisiatif Jerman, sebagai ketua G20 tahun 2017, untuk mengadakan pertemuan Menlu G20. Walaupun G20 yang didirikan untuk membahas isu keuangan dan ekonomi global pasca krisis keuangan 2008, kedua Menlu sependapat bahwa Pertemuan Menlu G20 dapat berkontribusi dalam menciptakan kondisi kondusif bagi pembangunan ekonomi.
“Fokus pembahasan Menlu G20 mengenai Maintaining Peace in a Complex World, tepat dalam berkontribusi untuk menciptakan kondisi kondusif bagi pembangunan,” kata Menlu RI.
Dalam konteks kerja sama bilateral, kedua Menlu membahas tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Jerman pada April 2016 lalu, khususnya terkait kerja sama dalam bidang ekonomi, energi, maritim dan pendidikan vokasional. Kedua Menlu juga sepakat untuk segera pembahasan untuk memperluas bidang kerja sama komprehensif Indonesia-Jerman.
Terkait dengan pendidikan vokasional (pelatihan kejuruan), Menlu Jerman menekankan bahwa sistem pendidikan seperti ini hanya akan berhasil apabila terdapat peran aktif, kolaborasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi dari perusahaan dan organisasi buruh atas pentingnya tenaga kerja yang trampil.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Menlu Gabriel menyampaikan, di Jerman sistem pendidikan vokasional berhasil karena adanya kerja sama yang baik antara perusahaan dan organisasi buruh, yang menentukan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan pasar. “Kami mengundang sektor swasta di Jerman untuk dapat berkolaborasi dengan Indonesia untuk mendukung pendidikan vokasional melalui program magang dan training for trainee” ujar Menlu Retno.
Selain itu, kedua Menlu juga membahas kerja sama di bidang maritim dan pembangunan. Pada bidang maritim, Menlu Retno mengundang investor Jerman untuk turut mendukung pengembangan Pusat Kelautan dan Perikanan di pulau-pulau terluar di Indonesia. Sementara, Menlu Retno juga mengharapkan agar pembahasan kerja sama pembangunan dapat diarahkan sesuai priortas pembangunan nasional.
Sebagai 2 negara yang merupakan ekonomi tersebsar di Asia Tenggara dan ekonomi terbesar di Uni Eropa, merupakan suatu hal yang alami bagi Indonesia dan Jerman memiliki hubugan kerja sama ekonomi yang dekat dan intensif. Dalam kaitan ini, kedua Menlu sepakat untuk mendorong percepatan proses Indonesia – Uni Eropa CEPA.
Jerman merupakan mitra dagang utama di antara negara-negara Eropa. Nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$ 6.1 milyar pada tahun 2015, sementara investasi Jerman di Indonesia mencapai US$ 133.2 juta dalam 310 proyek pada tahun 2016. Jumlah wisatawan Jerman ke Indonesia: 117.883 pada periode Januari – Juli 201, merupakan urutan ke-3 terbesar di Eropa.(T/R04/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu