
Diskusi “Peluang Ekonomi Afrika” di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, Rabu (3/9/2014). (Foto: Dok. UAI)
Jakarta, 8 Dzulqa’dah 1435/3 September 2014 (MINA) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menargetkan pengembangan pasar ekspor ke kawasan Afrika, yang relatif masih terbuka luas.
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan, Ari Satria,SE,MA, mengatakan hal itu pada diskusi Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) “Perkembangan terkini ekonomi dan sosial Afrika, Potensi dan Peluang Pasar” di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta, Rabu (3/9).
Menurutnya, untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara-negara tertentu, maka perlu dibuka pasar-pasar tujuan ekspor baru lainnya yang juga potensial.
“Pengembangan pasar alternatif khususnya negara-negara yang berada di kawasan Afrika dan beberapa kawasan lain seperti Amerika Latin, Eropa Timur, Timur Tengah dan Asia Tenggara, masih sangat terbuka,” ujarnya, di depan peserta dari kalangan pejabat pemerintah, pelaku bisnis, wartawan dan civitas akademika.
Baca Juga: IKAPI Gelar Islamic Book Fair 2025, Catat Agendanya
Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan diversifikasi produk ekspor dengan meningkatkan kontribusi ekspor komoditi-komoditi diluar 10 produk utama terhadap total ekspor non-migas, imbuhnya.
“Kita juga perlu mengembangkan diversifikasi produk ekspor, melalui adaptasi produk dan pengembangan disain, meningkatkan pencitraan Indonesia dipasar Internasional melalui program nation branding, dan implementasinya di media internasional,” paparnya.
Ari Satria menyebutkan, pertumbuhan ekonomi dunia hingga 2015 diproyeksikan masih terus meningkat secara bertahap. Secara umum, pertumbuhan global diproyeksikan mampu meningkat sebesar 3,4 % hingga akhir 2014, dan akan meningkat sebesar 4 % pada tahun 2015.
Menurutnya lagi, pertumbuhan ekonomi dikawasan Afrika hingga akhir 2014 diproyeksikan cukup bervariasi, dengan pertumbuhan ekonomi terbesar dialami oleh negara-negara yang berada di kawasan Sub-Sahara Afrika, yaitu sebesar 5,4 %.Selanjutnya diikuti kawasan Afrika Utara sebesar 3,1 %, dan kawasan Afrika Selatan sebesar 1,7 %.
Baca Juga: Semangat dan Haru Iringi Pemberangkatan Kloter Pertama Haji dari Surabaya
“Volume perdagangan dunia hingga akhir tahun 2014juga diperkirakan masih dapat tumbuh sebesar 4 %,” urainya.
Peluang ekspor Indonesia ke Afrika menurutnya juga masih sangat terbuka, mengingat pangsa pasar yang masih sangat besar, belum banyak pemain eksportir dunia yang masuk ke pasar tersebut, hingga ceruk pasar masih sangat longgar.
“Regulasi di sana pada umumnya juga masih sangat longgar, tidak seketat di Negara-negara maju,” imbuhnya.
Adapun tantangan yang dihadapi berupa sistem pembayaran dan perbankan yang masih perlu penyesuaian, networking yang masih sangat sedikit atau belum ada networking, serta sistem bisnis, budaya dan tradisi yang sedang berkembang, hingga masih perlu penyesuaian.
Baca Juga: Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia Hadapi Tarif Tinggi dari AS
Diskusi diselenggarakan atas kerjasama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (Pusat P2K2 Aspasaf), Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri, Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), dan Universitas Al-Azhar Indonesia.
Tampil sebagai narasumber lainnya, Mohamad Hery Saripudin, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, dan Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Broto Wardoyo,S.Sos,M.A. Serta sebagai moderator Dr. Arisman, Executive Director of CSEAS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. (L/P009/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Airlangga: Tarif Impor AS ke Produk Indonesia Bisa Tembus 47 Persen