Jakarta, MINA – Indonesia masuk dalam 10 negara penyumbang angka kematian bayi terbesar di dunia, lantaran pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif di Indonesia yang masih rendah.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Satuan Tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Elizabeth Yohmi dalam seminar Pekan ASI Sedunia 2019 dengan tema “Empower Parents, Enable Breastfeeding (Dukung Ayah Ibu, Kunci Sukses Menyusui),” di Gedung, IDAI Jakarta Pusat, Kamis (1/8).
“Angka ASI ekslusif di Indonesia masih berkisar 37,3 persen (tahun 2018) degan angka kematian bayi yang cukup tinggi sekitar 24 per 1000 kelahiran,” katanya.
Menurutnya, ASI adalah nutrisi terbaik yang dapat diberikan oleh ibu kepada bayinya untuk menunjang pertumbuhan yang optimal hingga 6 bulan pertama kehidupan.
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!
Menurut World Health Organization (WHO) pemberian ASI eksklusif disarankan pada enam bulan pertama, kemudian diberikan secara berkelanjutan dengan makanan pendamping yang sesuai hingga anak berusia dua tahun atau lebih.
“Menyusui dapat menurunkan angka kematian yang cukup besar hingga 22 persen dengan cara melakukan inisiasi menyusui dini (IMD),” ujarnya.
Komposisi ASI yang sangat mudah dicerna oleh pencernaan bayi yang baru lahir mengandung bahan-bahan yang tidak mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang belum sempurna, tetapi juga mengandung biofaktor yng mempunai fungsi pencernaan dan kekebalan bayi.
“Menyusui juga bila dilakukan dengan baik dapat menurunkan angka stunting yang masih cukup tinggi di Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini
WHO telah menargetkan untuk meningkatkan angka ASI eksklusif global setidakya 50 persen pada tahun 2025. Mengingat pentingnya ASI bagi kehidupan, maka sejak tahun 1992, tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya ditetapkan sebagai Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week). (L/R10/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online