Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 17 jam yang lalu

17 jam yang lalu

34 Views

Moehammad Amar Ma’ruf, Diplomat Karir dan Penulis Buku Katulistiwa (foto: Pribadi)

Oleh Moehammad Amar Ma’ruf, Diplomat Karir dan Penulis Buku Katulistiwa

Indonesia merupakan salah satu pendiri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang melahirkan Gerakan Non Blok. Indonesia juga terkenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdiri dari 21 jenis ekosistem dan 75 jenis vegetasi berbeda serta dikaruniai Sumber Daya Genetik (SDG) yang melimpah sebagai bahan baku Bioprospeksi.

Apa itu Bioprospeksi? Bioprospecting yang berasal dari kata biodiversity dan prospeksi merupakan upaya untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi (nilai tambah). Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.02/MenLHK/Setjen/Kum.1/1/2018 disebutkan bahwa bioprospeksi adalah kegiatan eksplorasi, ekstraksi, dan penyaringan sumber daya alam hayati untuk dimanfaatkan secara komersial, baik dari sumber daya genetik, spesies atau biokimia serta turunannya

Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan bioprospecting adalah pengelolaan tanaman palma (aren dan sawit) sebagai sumber pangan, energi, produk kesehatan dan produk turunannya. Kegiatan ini mengandung banyak pembelajaran baik yang menggambarkan bagaimana pengelolaan bioaset menjadi isu yang menarik dan strategis untuk dibagikan tidak hanya demi kepentingan Indonesia tetapi juga untuk dunia atau komunitas internasional. Hal ini menjadi salah satu permasalahan penting yang dihadapi dunia saat ini, apalagi saat ini dunia telah dihuni oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sementara daya tampung dunia semakin terbatas. Hal ini akan menjadi masalah dan bencana bagi umat manusia dan planet bumi.

Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika

Dunia telah merasakan langsung bagaimana perilaku ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup yang secara alami menunjang kebutuhan dasar makhluk hidup di alam semesta, termasuk manusia. Oleh karena itu, semua pemimpin dan masyarakat harus bertindak bersama berdasarkan kapasitas mereka untuk berkolaborasi dalam mengantisipasi dampak buruknya. situasi yang menantang ini bagi generasi mereka saat ini dan generasi mendatang.

Dampak buruk dari situasi sulit di atas akan dengan cepat berdampak pada masyarakat rentan yang sebenarnya bergantung pada sumber daya alam. Artinya keadaan ini akan menyebabkan tingkat kemiskinan semakin tinggi dan kualitas lingkungan menurun.  Hal ini juga dapat menimbulkan pertanyaan mengenai kinerja para pemimpin dan pembuat kebijakan atau pemangku kepentingan yang bertanggung jawab serta tindakan mereka untuk menyelamatkan kebutuhan bumi.  Memang tidak mudah, namun harus dilakukan secara bertahap.

Ketika dunia perlu menyelamatkan planet ini dari ancaman suhu tinggi dan perubahan iklim yang semakin serius, peran kita saat ini setidaknya meminimalkan dampak buruk jika kita tidak dapat menghilangkannya sama sekali dalam waktu dekat.

Dalam kasus Indonesia, pemerintah telah berkomitmen untuk menurunkan emisi sebagaimana tertuang dalam Enhanced Nationally Defended Contribution (ENDC) melalui pengelolaan 5 sektor yaitu limbah, proses industri, pemanfaatan produk, pertanian dan kehutanan dengan pendekatan ramah lingkungan. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Nasional/PP No. 79 tahun 2014, target penggunaan energi hijau akan mencapai 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram

Sejalan dengan tujuan di atas, terdapat tindakan progresif yang dilakukan oleh Indonesia dan mitranya dari badan Subsidiary OKI. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) dan Badan Riset dan Badan Inovasi (BRIN) terus membimbing mitranya dari badan subsider OKI, yaitu Islamic University of Teknologi (IUT) yang berkantor pusat di Bangladesh, dalam memperkuat agenda kurikulum pendidikan tinggi yang berkaitan dengan pengelolaan Biomassa dan Bioproduk.

Kerjasama dalam bentuk seminar virtual telah diselenggarakan pada tanggal 6 November 2024 dan telah menghasilkan beberapa diskusi yang bermanfaat baik dari segi etika maupun teknis. Para pembicara telah menyentuh aspek filosofis dan etika berdirinya OKI dalam rangka meningkatkan kesejahteraan negara-negara anggota dan memperkuat solidaritas, substansi teknisnya juga telah mencerahkan dosen dan mahasiswa serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman sumber daya manusia serta dosen dan mahasiswa IUT dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terapan berbasis kearifan lokal yang mendukung kegiatan pembangunan berkelanjutan.

Melalui penyelenggaraan seminar virtual bertemakan “Pengalaman Terbaik Indonesia di Bidang Biomassa dan Bioproduk” ini, IUT menyampaikan apresiasinya atas bimbingan dari Indonesia mengenai permasalahan yang diperlukan untuk pengembangan kurikulum baru di fakultas teknik sekaligus memperluas pemahaman guru dan siswa pada lembaga IUT untuk mengantisipasi kebutuhan ilmu teknik dan teknik mesin pada sektor Biomassa dan Bioproduk di negara-negara OKI.

Kegiatan seminar virtual tersebut dihadiri oleh sejumlah staf pengajar tingkat doktor yang sebagian diantaranya bergelar profesor, serta sekitar 75 mahasiswa dari 6 negara anggota OKI yang belajar di IUT yaitu: Bangladesh, Komoro, Chad, Gambia. Sierra Leone, dan Sudan)

Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza

Para narasumber dari Indonesia telah memberikan pencerahan kepada seluruh peserta seminar tentang pengelolaan palma baik Aren (arenga pinnata) maupun Sawit (elaies guineensis) dengan menggunakan peralatan yang manual dan mekanik sehingga sehingga produk aren  menjadi produk bernilai tambah yang mendorong kegiatan ekonomi sirkular. Untungnya, jenis tanaman ini juga dapat ditemukan di banyak bagian negara-negara OKI.

Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan pohon palma ini dapat menyelamatkan lingkungan bumi dan menjadi sumber pangan, energi terbarukan dan obat-obatan saat ini dan di masa depan, tanpa mengabaikan pentingnya jenis pohon lain yang mungkin memiliki potensi baik seperti daun jarak (jatropha curcas), kayu putih (melaleuca Cajuputi) dll.

Penyelenggaraan seminar ini telah menunjukkan bahwa Indonesia dan IUT berkomitmen untuk menjaga interaksi ini sebagai upaya menjaga komitmen mereka sebagai negara anggota OKI dan badan-badan subsider dari OKI untuk saling membantu di dalam mengentaskan kemiskinan, memakmurkan, dan mendukung pembangunan berkelanjutan melalui  institusi pendidikan serta menjaga solidaritas negara-negara anggota OKI saat ini dan di masa depan guna  menyelamatkan planet ini. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Dunia Islam
Dunia Islam
Dunia Islam