Jakarta, MINA – Keluarga Alumni Univesitas Gadja Mada (KAGAMA) menggelar kegiatan KAGAMA Leader Forum (KLF) guna membahas “Trump Effect” terhadap Indonesia pada perang dagang Internasional.
Acara tersebut sekaligus sebagai hasil kolaborasi antara pengurus pusat KAGAMA dan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) yang di gelar pada Rabu (14/5) di Jakarta.
Dengan mengusungkan tema “Trump Effect: Bagaimana Indonesia Mendulang Peluang di Tengah Perang Dagang” pengurus juga mengudang sejumlah narasumber dari tokoh-tokoh nasional sekaligus Alumni Universitas Gadja Mada.
Ekonom senior dan mantan Gubenur Bank Indonesia, Prof. Dr. Soedrajat menyoroti negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar saat ini mengalami pertumbuhan signifikan, didorong oleh dominasi dalam perdagangan global.
Baca Juga: BP Haji Pastikan Wacana Pemotongan Kuota Haji Batal Diterapkan
“Negara yang kuat akan menikmati pertumbuhan ekonomi yang melonjak karena kontrol mereka terhadap pasar global,” katanya.
Duta Besar RI untuk Cina-Mongolia, Djauhari Oratmangun menambahkan bahwa minimnya suplai ekspor dari Indonesia ke luar negeri menjadikan tekanan impor semakin berat.
Ia juga menyoroti perbedaan karakter kepemimpinan negara-negara besar seperti Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump yang mempengaruhi pola perdagangan global.
“Pemimpin China, misalnya, secara konsisten mengoreksi akar masalah dalam persaingan ekonomi mereka,” kata Djauhari.
Baca Juga: Gunung Semeru Kembali Erupsi Sabtu Pagi, Warga Diminta Tetap Waspada
Ia menegaskan pentingnya menjaga stabilitas politik dan ekonomi, khususnya dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, mengingat perbandingan perdagangan Indonesia-AS masih sangat timpang.
“Kita perlu membentuk ekosistem kolaboratif yang kuat antara pemerintah dan pelaku usaha untuk mendorong kerja sama strategis, terutama dengan kekuatan besar seperti Tiongkok dan AS,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kondisi geopolitik saat ini sedang tidak stabil dan perlu diantisipasi dengan kebijakan ekonomi yang adaptif.
Wakil Menteri Keuangan Prof. Dr. Anggito Abimanyu menyebut “Trump Effect” berdampak langsung pada dinamika kerjasama antarnegara.
Baca Juga: Panglima Laot Aceh Apresiasi Jusuf Kalla soal Polemik Empat Pulau
“Efek dari kebijakan luar negeri AS memberi pengaruh pada kepercayaan diri ekonomi nasional. Kita harus memperluas investasi dan hilirisasi agar pendapatan negara meningkat,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa evaluasi terhadap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga harus dilakukan secara menyeluruh guna memperkuat keberlanjutan produksi nasional.
Dari sektor industri, Presiden Direktur Toyota Indonesia, Nandi Julyanto menekankan pentingnya memperkuat industri domestik sekaligus meningkatkan daya beli dalam dan luar negeri.
“Ekspor sangat penting di masa perang dagang global. Kita harus melihat peluang dalam setiap krisis dan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok dunia,” ujarnya.
Baca Juga: Indonesia Kecam Keras Serangan Israel ke Iran, Langgar Hukum Internasional
Ia juga mendorong peningkatan produksi dalam negeri sebagai langkah strategis untuk mengisi pasar ekspor.
Sementara itu, Presiden Direktur Graha Ismaya, Masrizal A. Syarief, menyoroti potensi industri alat kesehatan dalam negeri.
“Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal dunia farmasi. Kami butuh jaminan pasar dan dukungan dari semua stakeholder,” katanya.
Ia menegaskan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam menciptakan ekosistem produksi alat kesehatan nasional yang berkelanjutan.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Sabtu Ini Berawan dan Berpotensi Hujan Ringan
Forum ini memperlihatkan bahwa untuk menghadapi tantangan global, Indonesia harus memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan, meningkatkan produksi nasional, serta menjalin kerja sama strategis dengan negara-negara utama di peta ekonomi dunia. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ketua MUI: Terlaknatlah Israel Atas Dosa Kemanusiaan Terhadap Iran