Indonesia Siap Jajaki Kerja Sama ‘Sister City’ Dengan Kerajaan Maroko

Jakarta, MINA – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana menilai Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan kerja sama dalam bidang pariwisata dengan Maroko, melalui konsep Sister City.

Hal tersebut, kata dia, bertujuan untuk memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dari dampak pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Putu Supadma saat menerima kunjungan Duta Besar Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah belum lama ini. Pertemuan tersebut membahas hubungan bilateral antara Indonesia dan Maroko yang sudah terjalin selama 60 tahun.

Putu Supadma berharap kerja sama antar kedua negara dapat kian meningkat, khususnya di bidang pariwisata dan perdagangan.

“Kita melihat kemungkinan membangun Sister City Bali dengan Marrakesh, karena melihat kedua negara ini mempunyai potensi pariwisata sangat besar,” ujar Putu Supadma dalam rilis di Jakarta yang dikutip MINA, Ahad (28/2).

Ia menuturkan saat ini sudah ada Sister City antara DKI Jakarta dengan Kota Casablanca (Maroko), Sumatera Barat dengan Fremantle, kota di Australia Barat.

Karena itu, menurutnya tidak menutup kemungkinan dijajaki Sister City antara Bali dengan Marrakesh, sebagai salah satu tujuan wisata di Maroko.

Menurutnya, ada beberapa sektor kerja sama yang bisa ditingkatkan melalui program Sister City ini, antara lain sektor pariwisata dan budaya, perdagangan hingga pemberdayaaan Sumber Daya Manusia, khususnya di bidang pelayanan pariwisata (hospitality industry).

Terkhusus di bidang Pariwasata, kata politisi Fraksi Partai Demokrat ini, Maroko menjadi negara tujuan dari 14 juta wisatawan mancanegara. Sementara, selama tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia mencapai 16 juta.

Dengan potensi tersebut, Putu menilai Maroko bisa menjadi hub bagi Indonesia, demikian juga sebaliknya.

“Ini adalah salah satu win-win, dimana Maroko bisa menjadi hub untuk wisatawan Eropa yang mau ke Indonesia, sementara Indonesia menjadi hub untuk wisatawan Asia yang ingin berangkat ke Eropa bisa melalui Maroko,” kata Anggota Komisi VI DPR RI itu.

Putu Supadma menambahkan, sebagai sesama tujuan wisata mancanegara, kedua negara dapat saling bertukar informasi dan melibatkan masyarakat melalui pemberdayaan hingga peningkatan kapasitas SDM yang berkontribusi di bidang pariwisata.
“Dengan demikian kita mendapatkan pemahaman dalam pengelolaan masing-masing target wisatawan. Mengingat market terbesar kita adalah Asia dan Australia, sedangkan market terbesar mereka adalah Eropa.”

Ia berharap, peningkatan kerja sama Indonesia-Maroko tersebut dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pemulihan ekonomi nasional, termasuk bagi pelaku UMKM untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata dari dampak pandemi Covid-19.
“Kita juga memiliki visi, jika jalur ini memberikan kontribusi, hubungan direct flight Marrakesh-Bali menjadi keniscayaan untuk menopang industri pariwisata kita,” ujar politisi dapil Bali itu.

Selain itu, kedua pihak saling berbagi pengalaman dan informasi terkait penanganan pandemi Covid-19. Menurutnya, BKSAP berencana untuk berkunjung dan menemui Kementerian Kesehatan Maroko guna membahas lebih lanjut mengenai pengendalian pandemi.

“Bagaimana cara mereka untuk mendeteksi dini, dan saya nanti ingin menyampaikan bahwa kita memproduksi GeNose. GeNose ini juga bisa menjadi sebuah alat diplomasi kita ke depan dan bisa disuarakan di sana,” kata Putu Supadma.(R/R1/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.