Jakarta, MINA – International Indian Ocean Expedition 2 (IIOE-2) diselenggarakan berkala setiap tahun guna mengevaluasi pelaksanaan program-program riset, peningkatan kapasitas, serta program pemasyarakatan iptek kelautan.
Tahun 2018, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi tuan rumah Konferensi Ilmiah IIOE-2 yang berlangsung sejak 19-23 Maret 2018 di Jakarta.
“Penguatan penelitian melalui program IIOE-2 diharapkan berdampak positif untuk kemajuan riset kelautan Indonesia,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) LIPI, Zainal Arifin pada pembukaan Annual Meeting of the IIOE-2 di Ruang Auditorium BMKG Jakarta, Rabu (21/3).
Zainal mengatakan, IIOE-2 adalah program ilmiah yang melibatkan para peneliti asing yang bersama-sama melakukan penelitian di bidang oseanografi dan atmosfer dari lingkungan wilayah pesisir sampai dengan laut.
Baca Juga: Gunung Dempo di Sumsel Erupsi, Status Level II Waspada
“Keterlibatan secara penuh Indonesia dalam IIOE-2 adalah sangat penting karena peneliti kita bisa berinteraksi dan berkontribusi untuk riset samudera hindia sekaligus mewujudkan peran Indonesia sebagai poros maritim dunia,” ujar Zainal.
Zainal menjelaskan, salah satu tujuan penelitian dalam program IIOE-2 yakni untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas di Samudra Hindia seperti arus laut ataupun pengaruhnya terhadap iklim dan ekosistem lautnya.
“Melalui program ini diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang oseanografi dan biologi lautan serta interaksi antara iklim laut ataupun atmosfer untuk jangka pendek maupun jangka panjang,” jelas Zainal.
Zainal menambahkan, hampir 70% permukaan bumi adalah lautan yang artinya kehidupan manusia juga bergantung pada laut. Laut sangat penting sebagai sumber makanan protein manusia dan tentunya memiliki manfaat ekonomi. Indonesia sebagai salah satu pusat kekayaan laut didunia sangat bergantung pada kondisi laut dimasa depan. Oleh karena itu penelitian terkait kelautan sangat penting dilakukan.
Baca Juga: BNPB: Banjir Bandang Melanda Tapanuli Sumut, Dua Orang Meninggal
“Samudera dapat diibaratkan semangkok bakso dimana kuah adalah kondisi kolom air, mie dan bakso adalah sumber daya hati, serta mangkok bakso adalah kondisi geologi Samudera Hindia. Kita harus memahami interaksi antara masing-masing komponen ini tidak lupa juga menyiapkan mitigasi bencana yang mungkin ditimbulkan seperti gempa bumi, cuaca ekstrem dan tsunami,” pungkas Zainal. (L/R09/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rekor Baru MURI: 44.175 ASN Jabar Pakai Sarung Tenun, Bukti Cinta Budaya Lokal