Jakarta, 14 Muharram 1437/27 Oktober 2015 (MINA) – Diah Winarni Pujiati, Staf Ahli Bidang Sumberdaya Industri dan Teknologi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), mengatakan, industri pengolahan non-migas masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Dia melaporkan, industri pengolahan non-migas tumbuh sebesar 5,26% pada semester I tahun 2015, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,55%. Sedangkan secara triwulan II tahun 2015 pertumbuhan industri non-migas sebesar 5,27%, lebih tinggi dibanding triwulan I tahun 2015 yang sebesar 5,21%.
Namun pertumbuhan non-migas itu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi semester I Tahun 2015 sebesar 4,70%, dengan kontribusi terhadap total PDB sebesar 18,20% pada semester I tahun 2015.
“Kontribusi ini adalah yang terbesar dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor industri non-migas menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Diah saat menyampaikan sambutan mewakili Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin dalam Konvensyen (Konvensi) Dunia Melayu Dunia Islam Ke-16 di Hotel Borobudur, Selasa (27/10).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Konvensyen (Konvensi) Dunia Melayu Dunia Islam Ke-16 yang digelar Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) itu berlangsung pada 26-28 Oktober 2015.
Konvensi dihadiri sekitar 300 peserta lebih dari 18 negara. Peserta konvensi merupakan perwakilan negara- negara yang tergabung dalam DMDI, seperti, perwakilan dari Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Singapura, Kamboja dan negara Asia Tenggara lainnya.
Selain itu, perwakilan Negara minoritas Melayu Islam seperti Cina, Sri Lanka, Australia, Maladewa, Afrika Selatan, Belanda dan Inggris.
Sementara itu, nilai investasi industri non-migas (Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri) pada semester I tahun 2015 sebesar Rp.110, 22 triliun naik dibanding semester I tahun 2014 sebesar Rp. 107,078 triliun.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Sedangkan pada ekspor produk komoditi industri sampai Agustus 2015 sebesar US$ 72,2 miliar dan impor produk komoditi industri sebesar US$ 72,42 miliar.
Diah juga mengatakan, pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan dalam waktu dekat ini terjadi aliran bebas atas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.
Peluang Indonesia dalam menghadapi MEA yaitu, mampu meningkatkan diri sebagai negara pengekspor, di mana nilai ekspor industri Indonesia sampai dengan Juli 2015 ke negara ASEAN, AS, Jepang dan Tiongkok sudah mencapai 47 %, sementara ekspor ke negara-negara lain mencapai 53 % dari total ekspor nasional.
Dia juga menjelaskan dalam era MEA yang mulai di implementasikan secara penuh pada akhir tahun 2015, Indonesia yang penduduknya sekitar 50 persen dari penduduk ASEAN akan menjadi pangsa pasar cukup besar terhadap berbagai produk dari berbagai negara.(L/R05/P4)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)