Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sehubungan adanya demo penolakan terhadap Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) oleh warga DKI Jakarta, perlu diktahui alasan penolakan terhadap Ahok yang sebenarnya.
Ini tidak sesederhana seperti kebanyakan orang kira. Mengapa mereka begitu ngotot menolak kepemimpinan Ahok sampai-sampai mereka mau sampai berbenturan dengan aparat keamanan sehingga menimbulkan korban luka dan masalah yang berkelanjutan?
Terlihat hanya ormas Front Pembela Islam (FPI) yang garang menolak Ahok, namun beberapa tokoh Betawi tidak bermimpi untuk dipimpin oleh putera Bangka Belitung itu. Hanya saja, yang punya pos paling depan dan mau turun ke jalan untuk membela kepentingan umum umat Islam adalah FPI.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Aksi FPI dan Forum Betawi Rembug (FBR) pada insiden berdarah antara massa Islam dan aparat kepolisian, Jumat, 3 Oktober 2014 di depan gedung DPRD DKI, memang menyisakan resiko besar bagi ormas itu. Pesan kekerasan yang kental dalam setiap aksi mereka, menarik kecaman dari masyarakat luas, bahkan dari kalangan Muslim sendiri.
Namun harus diakui pula, jika tidak ada FPI melakukan aksi turun ke jalan, lalu siapa yang akan menunjukkan penolakan umat Islam terhadap kepemimpinan Ahok yang menurut kaca mata syariat haram memimpin urusan kehidupan Muslim? Apakah sikap dan kebijakan pemerintah DKI Jakarta yang mencoba menghapus simbol-simbol Islam di masyarakat ibukota, kita anggap kebijakan wajar dan kita bersikap seolah tidak terjadi apa-apa selama tidak merugikan harta dan jiwa?
Karena rasa kewajiban sebagai seorang dai dan Muslim pula, membuat seorang Reza Soulthan merinci kebijakan Ahok yang dinilai kontroversial.
Reza adalah pendiri dan Ketua Yayasan Telaga Zamzamy di Jakarta Barat, bergerak di bidang pendidikan keagamaan, kesehatan dan sosial. Dia juga pengurus dari Ikatan Dai Indonesia cabang Jakarta Barat.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Ada 13 kebijakan kontroversial yang dibuat bersama atasannya versi Reza:
Pertama, Ahok menghancurkan Masjid Baitul Arif di Jatinegara, Jakarta Timur, sehingga warga setempat tidak bisa shalat Jum’at dan melakukan kajian Islam hingga saat ini.
Kedua, Ahok juga menghancurkan masjid bersejarah Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki dengan dalih renovasi, namun hingga hari ini tidak ada tanda-tanda akan dibangun kembali.
Ketiga, Ahok mengganti para pejabat Muslim dengan pejabat-pejabat non-Muslim seperti Lurah Susan, Lurah Grace, dan lainnya dengan kedok “lelang jabatan”. Warga Lenteng Agung memprotes keras namun tidak pernah digubris. Tak hanya itu, kepala sekolah Muslim di DKI juga banyak yang diganti dengan alasan “lelang jabatan”. Hasilnya, banyak kepala sekolah Kristen sekarang.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Keempat, merasa didukung media-media sekuler, Ahok terus menghapus simbol-simbol Islam. Melalui Kadisdik DKI yang non-Muslim, Lasro Masbrun, dia mengeluarkan aturan mengganti busana Muslim di sekolah-sekolah DKI setiap Jumat dengan baju Betawi. Padahal sebenarnya baju Betawi bisa di hari lain, seperti aturan di sekolah-sekolah Bandung, yaitu Rabu untuk baju daerah (Sunda), sedangkan Jumat tetap dengan busana Muslim.
Kelima, Ahok juga membatasi kegiatan syiar Islam seperti malam takbiran dengan alasan macet. Padahal perayaan tahun baru yang dipimpin Jokowi-Ahok jauh lebih parah macetnya dengan menutup jalan-jalan protokol Jakarta.
Keenam, Ahok juga mendukung legalisasi pelacuran yaitu lokalisasi prostitusi, dan menyebut yang menolaknya adalah munafik, termasuk Muhammadiyah. Akhirnya Muhammadiyah resmi melaporkan Ahok ke polisi dengan pasal penghinaan.
Ketujuh, ketika umat Islam mati-matian memprotes Miss World 2013, Ahok justru mendukung total bahkan bangga jika Jakarta jadi tuan rumah final kontes umbar aurat itu.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Kedelapan, lebih parah lagi, Ahok mendukung wacana penghapusan kolom agama di KTP.
Kesembilan, Ahok juga mengeluarkan pernyataan, “Boleh minum Bir, asal jangan mabuk”. Tidak hanya dukung Miss World, Ahok juga dukung penuh konser maksiat Lady Gaga.
Kesepuluh, Ahok dengan berani melecehkan ayat suci. Dia mengatakan, “Ayat suci wajib tunduk pada ayat konstitusi”.
Kesebelas, pada hari raya Idul Fitri lalu, situasi tiba-tiba dipanaskan dengan wacana Ahok untuk menghapuskan cuti bersama saat lebaran.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Keduabelas, Ahok juga menentang habis manifesto Partai Gerinda tentang pemurnian agama dari aliran sesat.
Ketigabelas, kasus terbaru, Ahok mengeluarkan aturan larangan menyembelih hewan kurban di sekolah negeri. Pemotongan hanya dibolehkan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Cakung. Dalihnya demi kebersihan kota. Aturan pelarangan ini tertuang dalam instruksi Gubernur 67 tahun 2014.(P001/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata