Oleh: Ayu Rizka Fauziah, Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Metro, Lampung
Hidup adalah ujian, bagaimana cara kita menghadapinya? Banyak berbagai ujian yang harus kita hadapi, problem-problem yang menggangu tiap harinya. Ujian yang selalu datang tiap saatnya, di saat sedang senang ataupun susah.
Lalu, apakah ujian menurut kita? Kita sebagai manusia memiliki pandangan arti ujian masing-masing, tergantung situasi yang kita rasakan. Orang yang beriman dan tidak beriman kepada Tuhan akan berbeda sebuah ujian yang diterimanya.
Sebagai contoh, dalam hidup ini, semua manusia pernah merasakan sakit, terjatuh, bahkan merasa tidak berdaya, merasakan apa yang tidak enak untuk diresakan, dan semua itu adalah ujian.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Juga, saat kita dihakimi, dijatuhkan, atau saat kita ditimpa sebuah musibah itu juga merupakan ujian. Merasa itu sebagai beban atau tidak, itu semua dilihat bagaimana cara kita menyikapinya. Mau dengan cara menerimanya dengan bijak atau bahkan menyalahkan keadaan.
Bahkan pada saat Allah sedang memberikn ujian, kita bisa lebih merapat kepada-Nya, menuji-Nya dengan berharap. Dia akan memberikan balasan atas keikhlasan dan kesabaran yang kita lakukan.
Bukan malah nenghujat Allah dan menganggap-Nya tidak adil. Bahkan itu semua semakin membuat diri terbebankan. Padahal yang membuat ujian itu membebankan adalah diri sendiri, sebab saat mendapat ujian kita menyikapinya dengan kekufuran bukan dengan kebajikan, wajar saja jika ujian itu membuat beban dan masalah.
Allah mengingatkan kita pada Surat Al-baqarah ayat 286:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya: ‘’Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami ; ampunilah kami ; dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS Al-Baqarah: 286).
Jelas dari arti di atas bahwa Allah Maha Adil, Dia tidak akan memberikan suatu ujian yang melebihi batas kemampuannya bahkan jika kita menganggap ujian itu sebagai beban itu merupakan hal yang sangat tidak pantas, karena ujian itu sebagian nikmat kecil yang Tuhan berikan. Bahkan Tuhan selalu mengistimewakan hamba-hamba-Nya yang mampu melewati ujian yang Dia berikan.
Karena pada saat Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya, pada saat itu pula Allah membuktikan rasa cinta-Nya kepada kita.
Lantas masih pantaskah kita menganggap bahwa ujiah itu sebuah beban,? Allah memberikan itu semua agar kita senantiasa mensyukurinya, jadikan ujian itu sebagai hiasan. Allah memberikan penjelasannya dalam surat Al-Anbiya ayat 35:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَاْلخَيْرِ فِتْْنَةٌ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Artiny: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalika.” (QS Al-Anbiya: 35).
Karena itu, menghadapi masalah adalah sebagai peroses pendewasaan diri. Jika kita memilih untuk tidak memiliki masalah berarti sama saja kita memilih untuk mati. Karena kematian tidak ada satupun cobaan yang akan menimpa kita, hanya saja kita harus mempertanggung jawabkannya disisi Allah. (A/ayu/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat