Hari raya Idul Fitri adalah saat yang ditunggu-tunggu umat Islam di dunia, setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Pada hari Idul Fitri ternyata ada beberapa amalan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW).
Berikut beberapa amalan yang dianjurkan untuk merayakan hari Idul Fitri beserta dalilnya, yang dapat dihimpun MinaNews.net dari beberapa sumber:
Mandi sebelum shalat Id
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Mandi ini disunnahkan, sebagaimana disebutkan dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, seseorang pernah bertanya padanya mengenai mandi. Ali menjawab, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Orang tadi berkata, “Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?” ‘Ali menjawab, “Mandi pada hari Jum’at, hari ‘Arafah, hari Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR. Al-Baihaqi).
Ada riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma sebagai berikut.
عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) Abdullah bin Umar biasa mandi di hari Idul Fitri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang. (HR Malik)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dianjurkan karena saat itu adalah berkumpulnya orang banyak sama halnya dengan shalat Jumat. Kalau shalat Jumat dianjurkan mandi, maka shalat Id pun sama.
Mengenakan pakaian yang terbaik
Ada riwayat dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata,
كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُبَّةٌ يَلْبَسُهَا لِلْعِيْدَيْنِ وَيَوْمِ الجُمُعَةِ
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fithri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR Ibnu Khuzaimah)
Perlu diketahui anjuran berpenampilan menawan di hari Id berlaku bagi pria. Adapun bagi wanita, lebih aman baginya untuk tidak menampakkan kecantikannya di hadapan laki-laki lain. Kecantikan wanita hanya spesial untuk suami.
Makan sebelum shalat Idul Fitri
Dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berangkat shalat id pada hari Idul Fitri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat id baru beliau menyantap hasil kurbannya.” (HR. Ahmad).
Untuk shalat Idul Fitri disunnahkan agar makan dahulu sebelum keluar rumah. Hal ini dikarenakan adanya larangan berpuasa pada hari tersebut dan sebagai pertanda pula, bahwa hari tersebut tidak lagi berpuasa.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata,
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ .. وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidaklah keluar pada hari Idul Fitri (ke tempat shalat) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari).
Mengumandangkan takbir dari rumah menuju tempat shalat
Ketika puasa Ramadhan telah sempurna, diperintahkan untuk mensyukurinya dengan memperbanyak takbir.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Allah Ta’ala berfirman,
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).
Dalam suatu riwayat disebutkan,
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ المصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ
“Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya Idul Fithri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (HR Ibnu Abi Syaibah).
Menurut Ibnu Syihab Az-Zuhri, bahwa kaum muslimin ketika itu keluar dari rumah mereka sambil bertakbir hingga imam hmdatang untuk shalat Id.
Namun ada yang berpendapat, jika melihat dari keumuman ayat Surat Al-Baqarah ayat 185 yang menunjukkan perintah bertakbir itu dimulai sejak bulan Ramadhan sudah berakhir, berarti takbir Idul Fitri dimulai dari malam Idul Fitri hingga imam datang untuk shalat Id.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Takbir yang diucapkan cukup banyak dan beragam, salah satunya sebagaimana sahabat Ibnu Masud bertakbir,
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya”.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Mengucapkan selamat dengan sesama Muslim
Amalan yang dianjurkan di hari Idul Fitri sela jutnya adalah saling memberikan tahniah atau ucapan selamat. Ucapan tahniah ini dalam bentuk doa seperti dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Allah menerima amalan kami dan kalian).
Disebutkan dalam riwayat dari Jabir bin Nufair berkata,
كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari Id (Idul Fithri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fatkhul Bari, 2: 446)
Ucapan selamat di hari raya tidak aturan yang khusus, maka ucapan apa pun, selama maknanya tidak keliru dapat digunakan.
Melewati jalan berbeda saat berangkat dan pulang dari tempat shalat Id
Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
“Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berada di hari id (ingin pergi ke tempat shalat), beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR. Bukhari)
Adapun hikmah dari membedakan antara jalan pergi dan pulang adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi bagi kita ketika beramal. (L/B04/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)