Ramallah, MINA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas membahas antisemitisme dalam pidatonya yang disampaikan pada sesi ke-11 Dewan Revolusi Fatah, pada 24 Agustus 2023
Dalam pidatonya Abbas mengatakan orang-orang Yahudi dibunuh pada peristiwa Holocaust bukan karena agama tetapi peran sosial mereka.
Ia mendapat kecaman dari Jerman, Israel, Uni Eropa hingga Amerika Serikat karena pidato itu.
Ini isi pidato lengkap Abbas dikutip Middle East Media Research Institute (MEMRI):
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Kebenaran yang harus kita klarifikasi dari dunia adalah bahwa orang-orang Yahudi di Eropa bukan orang Semit. Mereka tak ada hubungan dengan semitisme.
Cerita itu berawal pada 900 Masehi, di Kerajan Khazar di Laut Caspia. Itu merupakan kerajaan Tatar yang berpindah agama menjadi Yudaisme.
(Pada abad ke-11) kerajaan ini runtuh dan semua orang pindah ke utara dan ke barat. Mereka berangkat ke Rusia dan Barat dan Eropa Timur. Mereka menyebar ke sana, dan mereka adalah nenek moyang Yahudi Ashkenazi.
Jadi, ketika kita mendengar mereka berbicara soal Semitisme dan antisemitisme, setidaknya orang Yahudi Ashkenazi bukanlah orang Semit.
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina
Mereka mengatakan bahwa Hitler membunuh umat Yahudi karena menjadi Yahudi, dan Eropa benci Yahudi karena mereka Yahudi.
Tidak benar. Itu sudah jelas bahwa (orang-orang Eropa) memerangi (orang-orang Yahudi) karena peran sosial mereka, dan bukan agama mereka.
Beberapa penulis membahas soal ini, bahkan Karl Marx mengatakan hal tersebut tidak benar. Dia mengatakan permusuhan tak ditujukan terhadap Yudaisme sebagai agama, tetapi ke Yudaisme karena peran sosialnya.
Warga Eropa melawan orang-orang ini karena peran mereka dalam masyarakat sosial yang melakukan riba, uang, dan sebagainya. Bahkan Hitler
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza
Semua orang tahu selama Perang Dunia I, Hitler merupakan sersan. Dia mengatakan dia melawan Yahudi karena mereka berurusan dengan riba dan uang. Dalam pandangannya, mereka terlibat dalam sabotase, dan inilah sebabnya dia membenci mereka.
Kami hanya ingin untuk memperjelas hal ini. Ini bukan tentang semitisme dan antisemitisme.
Sementara itu, Yahudi bagian timur, mereka adalah orang Semit, karena semuanya berasal dari Jazirah Arab dan mereka melakukan perjalanan ke Al-Andalus, lalu kembali lagi. Kita akrab dengan sejarah ini.
AS memaksa Liga Bangsa-Bangsa agar memasukkan Deklarasi Balfour ke perjanjiannya. Saya mengatakan ini agar kita tahu kita harus menuduh musuh kita, yang menyakiti kami dan merampas tanah air kami
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Deklarasi Balfour menjadi kenyataan hanya karena kesepakatan penuh antara Balfour dan Presiden AS Wilson. Mereka sepakat sepenuhnya mengenai pernyataan ini. Jadi, Amerika adalah mitra Deklarasi Balfour.
Siapa yang menciptakan negara [Yahudi] itu? Inggris dan Amerika, bukan hanya Inggris.
AS, yang bahkan bukan anggota Liga Bangsa-Bangsa, memaksa Liga Bangsa-Bangsa untuk memasukkan Deklarasi Balfour dalam perjanjiannya. Saya mengatakan ini agar kita tahu siapa yang harus kita tuduh sebagai musuh kita, siapa yang telah merugikan kita, dan merampas tanah air kita, dan memberikannya kepada orang Israel atau Yahudi.
Ben-Gurion mengirim orang-orangnya ke Irak untuk membunuh, menghancurkan, dan menanam bahan peledak di Sinagog untuk memaksa orang Yahudi Irak bermigrasi [Ke Israel]; hal yang sama terjadi di Mesir, Maroko, dan negara lain.
Pada 1948, jumlah penduduk Israel berjumlah 650.000 orang. Pada tahun 1948-1949, mereka menduduki 78 persen wilayah Palestina.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Enam ratus lima puluh ribu orang tidaklah cukup, sehingga Ben-Gurion mengadu ke Inggris, kepada temannya, Churchill. Dia mengatakan,”Astaga, Saya punya masalah. Carikan untuk saya orang-orang Yahudi dari Eropa. Saya kekurangan [orang]. Saya punya tanah yang luas, tapi tidak ada penduduknya.”
(Churchill) mengatakan, “Saya tidak dapat memberikan Anda orang-orang Yahudi Eropa. Setelah Perang Dunia, mereka beremigrasi ke tempat yang berbeda, atau menetap [di Eropa], atau dibunuh. Satu-satunya yang dapat saya berikan kepada Anda adalah orang-orang Yahudi di negara Arab.”
Churchill mengatakan tidak ada orang lain. Ben-Gurion lalu mengatakan “Amit-amit! Bantulah saya, saya tak mau orang-orang Yahudi di negara-negara Arab.”
(Ben-Gurion) bilang, “Saudaraku, orang-orang Yahudi di negara-negara Arab sama seperti orang Arab. Mereka terlihat seperti orang Arab. Mereka memiliki budaya yang sama, makanan yang sama.
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Churchill mengatakan “Saya tidak menginginkan mereka. Namun, Lakukan apa pun yang Anda inginkan. Tidak ada solusi lain.”
Ben-Gurion tidak hanya setuju, dia mengirim orang-orangnya ke Irak, untuk membunuh, menghancurkan, dan menanam bahan peledak di sinagog-sinagog, untuk memaksa orang-orang Yahudi Irak beremigrasi.
Ini juga terjadi di Mesir pada tahun 1956 atau dikenal Peristiwa Lavon dan kemudian di Maroko, dan negara-negara lain. Orang-orang Yahudi tak ingin tetapi mereka terpaksa melakukannya, dengan cara tekanan, paksaan, dan pembunuhan. (T/R7/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam