Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
SAHUR, adalah salah satu sunnah yang mempunyai banyak manfaat dan keberkahan. Hanya saja, sangat disayangkan tidak banyak orang yang mengetahui keutamaan makan sahur itu, sehingga dengan berbagai alasan, makan sahur tidak dilakukan.
Atau kalaupun dikerjakan makan sahur itu, hanya dirasakan sebagai hal yang biasa saja, tidak difahami bahwa dibalik waktu sahur itu ada keberkahan yang sangat besar.
Terlebih lagi di bulan Ramadhan, makan sahur telah disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukan wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 206. Namun, amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.
Baca Juga: Tragedi Kebakaran di Los Angeles, Apakah itu Karma?
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya.
Baca Juga: Trump dan ‘Neraka’ di Los Angeles
Keberkahan dalam Makan Sahur
Memenuhi perintah Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas. Keutamaan mentaati beliau disebutkan dalam ayat,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An Nisaa’: 80).
Baca Juga: Masjidil Aqsa Tempat Singgah Isra Mi’raj Nabi Muhammad
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Dan siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71).
Makan sahur merupakan syi’ar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani). Dari ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Baca Juga: Adab Makan dalam Islam, Panduan Langit untuk Hidup Lebih Berkah
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim no. 1096).
Ini berarti Islam mengajarkan baro’ dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Karena puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.
Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 206).
Baca Juga: Suara yang Dibungkam, Ini Jeritan Jurnalis Palestina di Tengah Genosida Gaza
Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah dan do’a dari para malaikat-Nya. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
السُّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
“Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad 3: 44. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi).
Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia. Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-38] Menjadi Wali Allah
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).
Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaimana orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat,
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
Baca Juga: Menyambung Silaturahmi di Tengah Luka: Ujian Kesabaran yang Menghadirkan Pertolongan Allah
“Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17).
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. ” (QS. Adz Dzariyat: 18).
Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab adzan shalat Shubuh dan juga bisa mendapati shalat Shubuh di waktunya secara berjama’ah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.
Baca Juga: Keutamaan Menyampaikan Informasi Bencana dengan Prinsip Communication Risk
Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada Allah. Intinya, makan sahur punya berbagai keberkahan. Itulah rahasia-rahasia yang mungkin sebagian kita tidak mengetahuinya.
Makanlah sahur, sebab di waktu sahur itu, banyak keberkahan yang bisa kita petik, wallahua’lam.(RS3/RS2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Mengenal Hydroclimate Whiplash, Tantangan dalam Memadamkan Kebakaran Hutan di Los Angeles