Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini Tiga Kasus Korupsi Besar Netanyahu

Rana Setiawan Editor : Widi Kusnadi - Selasa, 11 Februari 2025 - 05:35 WIB

Selasa, 11 Februari 2025 - 05:35 WIB

86 Views

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: Palinfo)

Tel Aviv, MINA – Sidang korupsi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali digelar pada Senin (10/2) setelah tertunda selama dua pekan akibat kunjungannya ke Amerika Serikat, sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency.

Di hadapan majelis hakim di Pengadilan Distrik Tel Aviv, Netanyahu menyampaikan bahwa ia merasa baik secara politik, namun menghadapi tantangan medis.

“Secara politik, saya merasa hebat; saya menjalani kunjungan bersejarah dan cukup puas. Secara medis, ini adalah minggu yang sulit dan melelahkan; saya sedang mengonsumsi antibiotik sekarang,” ujar Netanyahu, dikutip dari Channel 12 Israel.

Netanyahu telah menghadiri persidangan sebanyak delapan kali sejak 10 Desember 2024.

Baca Juga: Zionis Israel Bebaskan 11 Tahanan Palestina dari Gaza

Sidangnya sempat ditunda pada Desember lalu akibat operasi pengangkatan prostat yang dijalaninya.

Tiga Kasus Korupsi Besar

Perdana Menteri Israel yang kini menghadapi tekanan domestik dan internasional ini didakwa dalam tiga kasus korupsi besar yang diajukan pada 2019.

Pertama, Kasus 1.000, yakni dugaan menerima hadiah mewah, termasuk cerutu dan sampanye, dari miliarder sebagai imbalan atas keuntungan pribadi.

Baca Juga: Dokumenter Baru Ungkap Nasib Tentara Pembunuh Jurnalis Shireen Abu Akleh

Kedua, Kasus 2.000, berupa tuduhan mencoba membuat kesepakatan dengan pemilik surat kabar terbesar Israel untuk mendapatkan pemberitaan positif.

Ketiga, Kasus 4.000, yaitu dugaan keterlibatan dalam skandal suap dengan perusahaan telekomunikasi besar Israel, Bezeq, guna mendapatkan liputan media yang menguntungkan.

Netanyahu membantah semua tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai “rekayasa politik”.

Ia adalah perdana menteri pertama dalam sejarah Israel yang menghadapi pengadilan sebagai terdakwa kriminal saat masih menjabat.

Baca Juga: Israel Keluarkan Perintah Penahanan Administratif terhadap Jurnalis di Jenin

Di bawah hukum Israel, ia tidak diwajibkan mengundurkan diri kecuali terbukti bersalah oleh Mahkamah Agung, sebuah proses hukum yang dapat memakan waktu berbulan-bulan.

Dugaan Kejahatan Perang di Gaza

Selain menghadapi kasus korupsi di dalam negeri, Netanyahu juga terancam tuntutan internasional.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Baca Juga: Al-Qassam Manfaatkan 3.000 Peluru yang Tidak Meledak untuk Bom Rakitan

Sejak eskalasi agresi militer Israel ke Gaza, lebih dari 48.200 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, dilaporkan tewas.

Tekanan global semakin meningkat agar Netanyahu diadili atas kebijakan militernya yang dinilai melanggar hukum internasional.

Sementara Netanyahu terus berjuang untuk mempertahankan kekuasaannya, demonstrasi besar-besaran terus berlangsung di Israel.

Ribuan warga berkumpul di Hostages Square, Tel Aviv, pada 1 Februari 2025, menuntut pemerintah agar melanjutkan kesepakatan pertukaran sandera.

Baca Juga: Brigade Al-Qassam Kembali Sergap Pasukan Pendudukan di Khan Younis

Dengan persidangan yang kembali berlangsung dan krisis politik yang semakin dalam, masa depan Netanyahu sebagai pemimpin Israel kini berada di ujung tanduk.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kepala UNRWA Tolak Rencana Israel Ganti Sistem Distribusi Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Internasional
Breaking News
Palestina