Jamaah haji diimbau untuk menjaga imunitas tubuhnya agar tetap sehat dalam menjalankan ibadah haji.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Liliek Marhaendro Susilo, Ak M.M. mengimbau para jamaah untuk tetap rajin minum air putih minimal 200 ml per jam, termasuk bagi mereka yang sedang batuk pilek.
Air putih dapat dicampur dengan oralit untuk membantu rehidrasi tubuh.
Meskipun rangkaian ibadah haji di puncak musim terbilang padat, jamaah diharapkan tidak melewatkan waktu makan dan tetap istirahat yang cukup.
Baca Juga: Ruqyah, Kunci Kesehatan Jiwa dan Kedamaian Hati
Jika merasa kurang sehat, jamaah dapat segera menghubungi petugas kesehatan di kloter masing-masing.
“Jangan lupa minum air putih 200 ml per jam. Bisa ditambahkan oralit. Makan makanan bergizi yang disediakan panitia dan cukup istirahat 6-8 jam per hari,” pesan Liliek di Jakarta, dikutip MINA, Selasa (18/7).
“Dianjurkan pakai masker dan minum vitamin, ya. Bagi yang memiliki penyakit komorbid, minum obat teratur. Bila ada keluhan, hubungi dokter kloter atau ke pos satelit.”
Kebutuhan obat-obatan, seperti obat flu yang sangat dibutuhkan jamaah haji, masih tersedia di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan stok yang dibawa oleh petugas kesehatan.
Baca Juga: Bahaya Bullying, Tinjauan Ilmiah dan Perspektif Islam
Kemenkes RI terus memantau dan memastikan ketersediaan obat untuk penanganan jamaah haji mencukupi.
“Obat-obatan masih cukup, termasuk obat flu. Kami monitor jumlah ketersediaan masing-masing jenis obat,” lanjut Liliek.
Bagi jamaah haji yang sakit dan tidak memungkinkan untuk ke Arafah, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan menyediakan layanan safari wukuf.
Safari wukuf dilakukan kepada jamaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Baca Juga: Manfaat Susu bagi Kesehatan
KKHI Makkah menyediakan 10 bus, 4 unit untuk jamaah berbaring dengan kapasitas 6-8 orang, dan 6 unit bus dengan kapasitas 25 orang untuk pelaksanaan safari wukuf.
Safari wukuf juga diperuntukkan bagi jamaah lansia nonmandiri yang difasilitasi oleh Bidang Layanan Lansia dan Disabilitas Kementerian Agama RI.
Pada pelaksanaan safari wukuf, Kapuskes Haji Liliek mengatakan, petugas kesehatan melakukan medical check up untuk untuk jamaah dengan risiko tinggi kesehatan.
“Tujuannya, menyeleksi jamaah, mana yang perlu disafariwukufkan, mana yang bisa diikutkan rombongan kloternya. Ada proses skrining untuk melihat potensi, apakah jamaah tersebut mesti safari wukuf, atau diikutkan rombongannya atau mungkin dibadalkan,” jelasnya.
Baca Juga: Indonesia Lakukan Operasi Jantung Robotik untuk Pertama Kalinya
Prosesi safari wukuf, yakni jamaah diberangkatkan ke Arafah dengan pendampingan petugas. Jamaah shalat Zuhur dijamak dengan Ashar, kemudian diberikan khutbah wukuf di bus masing-masing.
“Setelah prosesi wukuf selesai, jamaah dibawa kembali ke KKHI. Jamaah safari wukuf sakit tidak bermalam (mabit) di Muzdalifah, lontar jumrah dan tahapan haji selanjutnya dibadalkan oleh petugas,” sambung Liliek.
Pemantauan Kesehatan Selama Puncak Haji
Menurut Kapuskes Haji Liliek Marhaendro Susilo, pemantauan kesehatan jamaah haji, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi, terus dilakukan secara intensif oleh petugas kesehatan selama masa puncak haji.
Baca Juga: Puluhan Ribu Anak Papua Barat Terima Vaksin Polio
Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) terus memantau jamaah dengan riwayat penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
“Di tiap kloter terdapat satu dokter dan dua perawat yang memantau kesehatan di kloter. TKHK secara khusus memantau 30 jamaah yang berisiko tinggi dan memastikan jamaah yang memiliki berisiko tinggi berat agar lontar jumrahnya diwakilkan,” katanya.
Untuk memudahkan akses layanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia, tim petugas kesehatan disiagakan di berbagai titik lokasi sepanjang rangkaian proses puncak haji.
“Pertama, persebaran tim petugas kesehatan ada di setiap kloter. Di tiap kloter, seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, terdapat satu dokter dan dua perawat,” Liliek menjelaskan.
Baca Juga: Kemenkes Bantu Korban Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
“Kedua, di Arafah, tepatnya di Pos Kesehatan Arafah dan 6 pos satelit. Ketiga, di Muzdalifah itu tersebar di 11 pos kesehatan. Terakhir, di Mina, tepatnya di Pos Kesehatan Mina dan 5 pos Jamarat atas.”
Penanganan Kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan saat puncak haji yang melibatkan pergerakan jamaah ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) telah dipersiapkan dengan matang.
Selain tiga TKHK yang terdiri dari satu dokter dan dua perawat, tim kesehatan juga bersiaga di Arafah, dengan Pos Kesehatan Arafah sebagai pusatnya dan dibantu oleh 6 pos kesehatan satelit.
Baca Juga: Membaca Al-Qur’an dan Manfaat Kesehatan, Bukti Ilmiah
“Bila terdapat kegawatdaruratan di kloter, TKHK dapat memberikan penanganan kesehatan. Jika membutuhkan penanganan lebih lanjut triase merah, TKHK dapat menghubungi Tenaga Emergensi Medis Sektor (TEMS) di Pos Satelit untuk dibantu penanganan dan rujukan menggunakan ambulans ke RS East Arafah,” ungkap Kapuskes Liliek. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenkes Anjurkan Masyarakat Skrining Kesehatan Jiwa Minimal Setahun Sekali