DALAM kehidupan sehari-hari, banyak kebiasaan yang kita anggap wajar ternyata bertentangan dengan ajaran Islam. Tanpa disadari, perilaku yang dianggap lumrah oleh masyarakat bisa jadi merupakan larangan yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ironisnya, karena sudah menjadi kebiasaan, banyak orang tidak merasa bersalah saat melakukannya.
Sebagai seorang Muslim, tentu kita ingin menjalani hidup sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui apa saja kebiasaan yang dilarang dalam Islam namun sering dianggap biasa. Dengan memahami ini, kita bisa lebih berhati-hati dan berusaha memperbaiki diri agar tetap berada di jalan yang benar. Lalu, apa saja 10 kebiasaan tersebut? Simak penjelasannya berikut ini!
Pertama, Ghibah (Menggunjing) dan Namimah (Mengadu Domba). Ghibah adalah menyebut keburukan saudara seiman tanpa sepengetahuannya, meskipun itu benar. Sedangkan namimah adalah mengadu domba dengan menyebarkan ucapan seseorang kepada orang lain untuk menimbulkan permusuhan. Dalam Islam, keduanya termasuk dosa besar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurat: 12)
Baca Juga: Adab Bertamu dan Menerima Tamu Menurut Syariat Islam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim)
Dari hadits ini, jelas bahwa namimah adalah dosa besar yang berakibat pada tertutupnya pintu surga bagi pelakunya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus menjaga lisannya dan menghindari ucapan yang dapat menyakiti atau menimbulkan fitnah di antara manusia.
Kedua, Riba (Bunga Pinjaman). Riba adalah tambahan dalam transaksi pinjaman yang menzalimi salah satu pihak. Islam dengan tegas mengharamkannya, sebagaimana dalam firman Allah,
Baca Juga: Bukti-bukti Kekalahan Zionis Israel dalam Perang di Gaza
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan karena tekanan penyakit gila. Hal itu karena mereka berkata: ‘Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,’ padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al-Baqarah: 275)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Allah melaknat pemakan riba, pemberi riba, pencatatnya, dan saksinya, mereka semua sama dalam dosanya.” (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits di atas, jelas bahwa riba bukan hanya haram tetapi juga termasuk dosa besar yang membawa laknat Allah. Oleh karena itu, seorang Muslim harus menjauhi segala bentuk transaksi yang mengandung riba dan mencari alternatif yang sesuai dengan syariat Islam.
Baca Juga: Media dan Tantangan Pemberitaan Perjuangan Palestina
Ketiga, Berpakaian Ketat dan Tidak Menutup Aurat. Allah memerintahkan kaum mukminah untuk menutup aurat dengan pakaian yang sopan dan longgar, agar mereka dikenali sebagai wanita yang terhormat dan terjaga dari gangguan. Dalam Al-Qur’an disebutkan,
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs. An-Nur: 31)
Selain itu, Allah juga berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ
Baca Juga: Nilai-Nilai Islam untuk Atasi Perubahan Iklim Global
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'” (Qs. Al-Ahzab: 59)
Dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا … نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا
“Dua golongan dari penduduk neraka yang belum aku lihat… wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan dengan lenggak-lenggok, tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.” (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits ini, jelas bahwa berpakaian ketat dan tidak menutup aurat dengan benar adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Oleh karena itu, seorang Muslimah harus berhati-hati dalam berpakaian agar sesuai dengan syariat.
Baca Juga: Mengapa Donald Trump Ingin Menguasai Jalur Gaza, Palestina?
Keempat, Pacaran dan Pergaulan Bebas. Pacaran dan pergaulan bebas sering dianggap sebagai hal yang biasa dalam masyarakat modern. Namun, Islam telah menetapkan batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar terhindar dari zina dan maksiat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَىٰ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Qs. Al-Isra’: 32)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالزِّنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ أَوْ يُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagian dari zina bagi setiap anak Adam, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah memandang (yang haram), zina lisan adalah berbicara (yang haram), hati menginginkannya, dan kemaluan yang akan membenarkannya atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: [Populer MINA] Erdogan ke Indonesia, Rencana Trump di Gaza Tertolak
Dari ayat dan hadits ini, jelas bahwa pacaran dan pergaulan bebas merupakan pintu menuju zina. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan penjagaan diri dengan menundukkan pandangan, menjaga kehormatan, dan menghindari segala bentuk kedekatan yang mengarah pada maksiat.
Kelima, Meninggalkan Shalat. Shalat adalah tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Meninggalkannya bukan hanya dosa besar, tetapi juga menjadi pembeda antara seorang Muslim dan kafir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Allah juga berfirman tentang akibat bagi orang yang melalaikan shalat,
Baca Juga: Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman: Tanda Besar Kiamat dan Misi Penyelamatannya
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya.” (Qs. Al-Ma’un: 4-5)
Dari dalil-dalil ini, jelas bahwa meninggalkan shalat bukan perkara sepele. Seorang Muslim harus menjadikan shalat sebagai prioritas dalam kehidupannya agar mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah.
Keenam, Makan dan Minum dengan Tangan Kiri. Dalam Islam, adab makan dan minum sangat diperhatikan. Salah satu adab yang penting adalah menggunakan tangan kanan, sebagaimana perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,
لَا تَأْكُلَنَّ بِالشِّمَالِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِالشِّمَالِ
“Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena setan makan dengan tangan kiri.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Mengapa Israel Gagal Kalahkan Hamas?
Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menasihati seorang anak kecil dalam sebuah hadits,
يَا غُلَامُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini, jelas bahwa makan dan minum dengan tangan kiri merupakan kebiasaan setan. Seorang Muslim hendaknya membiasakan diri untuk mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk dalam hal makan dan minum.
Ketujuh, Menunda-nunda Pembayaran Utang. Utang adalah amanah yang harus ditunaikan. Islam sangat menekankan pentingnya membayar utang tepat waktu dan melarang menunda-nunda pembayaran tanpa alasan yang syar’i. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Bulan Ramadhan
مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ
“Menunda pembayaran utang bagi orang yang mampu adalah kezaliman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau juga bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung dengan utangnya hingga utangnya dilunasi.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang Muslim yang meninggal dalam keadaan masih memiliki utang tetapi belum dilunasi akan tergantung nasibnya di akhirat. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk segera melunasi utangnya sebelum ajal menjemput.
Baca Juga: Mengapa Israel Ingin Kuasai Jenin?
Kedelapan, Bersumpah Palsu dan Berdusta. Berdusta dan bersumpah palsu adalah perbuatan yang sangat dibenci dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanah, ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah juga berfirman,
وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ
“Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian. Barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya hatinya berdosa.” (Qs. Al-Baqarah: 283)
Dari dalil-dalil ini, jelas bahwa berdusta dan bersumpah palsu adalah sifat tercela yang membawa konsekuensi berat di dunia dan akhirat.
Kesembilan, Mendengarkan Musik dan Lagu yang Melalaikan. Banyak musik dan lagu yang membuat seseorang lalai dari mengingat Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan di antara manusia ada yang membeli lahwal hadits (perkataan yang sia-sia) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu.” (Qs. Luqman: 6)
Sebagian ulama menafsirkan lahwal hadits sebagai musik yang melalaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Akan ada di antara umatku orang-orang yang menghalalkan zina, sutra, khamr, dan alat musik.” (HR. Bukhari)
Kesepuluh, Mengolok-olok atau Meremehkan Orang Lain. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain.” (Qs. Al-Hujurat: 11)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika ia merendahkan saudaranya sesama Muslim.” (HR. Muslim)
Meremehkan orang lain dapat mencerminkan kelemahan iman dan kurangnya rasa syukur. Islam mengajarkan agar setiap Muslim menghormati saudaranya, tidak memandang rendah orang lain hanya karena status sosial, kekayaan, atau latar belakang mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan bahwa seseorang tidak lebih baik hanya karena keturunan atau kedudukan, melainkan karena ketakwaannya.
Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menumbuhkan sikap rendah hati, menghargai orang lain, dan senantiasa memperbaiki diri agar terhindar dari sifat sombong yang dapat membinasakan amal kebaikan.
Sebagai seorang Muslim, penting bagi kita untuk selalu meninjau kembali kebiasaan yang kita anggap biasa dalam kehidupan sehari-hari, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau justru bertentangan dengannya. Apa yang terlihat sepele di mata manusia bisa jadi merupakan perkara besar di sisi Allah.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa meningkatkan kesadaran diri, memperbaiki akhlak, dan berusaha menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah. Dengan meninggalkan kebiasaan yang dilarang dan menggantinya dengan amal saleh, kita tidak hanya menjaga diri dari dosa, tetapi juga membuka jalan menuju keberkahan dan ridha Allah di dunia serta akhirat.