Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Perlu perjuangan ekstra untuk menjadi seorang wanita sholehah. Mudah, jika selalu memohon pertolongan pada Allah Ta’ala. Jika dalam tulisan sebelumnya pemaparan sembilan sifat calon istri idaman baru sampai bagian keempat, maka berikut ini adalah bagian akhir dari tulisan sebelumnya. Semoga bermanfaat.
Kelima, wanita yang punya sifat malu
Sepantasnya seorang wanita Islam mempunyai rasa malu. Malu jika harus dipandang oleh lelaki ajnabi. Malu jika harus berpakaian mengumbar aurat. Malu jika bermaksiat kepada Allah. Malu ketika tidak taat pada suaminya. Dan malu keluar rumah tanpa ada urusan penting. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ
“Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.)
Seorang wanita Islam sudah sepantasnya mempunyai rasa malu, layak seperti malunya dua wanita kakak beradik di jaman Nabi Musa AS. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (Qs. Qashash: 23-24). Kedua wanita itu, malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Bagaimana dengan wanita akhir zaman hari ini?
Dalam kesempatan lain, bahkan kedua wanita itu menunjukkan rasa malunya saat diminta ayahnya untuk memanggil Nabi Musa agar menghadap. Allah melanjutkan firman-Nya,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya ayahku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.‘” (Qs. Al Qashash : 25)
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radiyallahu ‘anhu mengatakan, “Gadis itu menemui Musa ‘Alaihis Salaam dengan pakaian yang tertutup rapat, menutupi wajahnya.” Sanad riwayat ini shahih.
Keenam, taat dan menyenangkan hati suami
Sungguh betapa tentram hati seorang suami ketika mendapati istrinya taat saat diperintah (bukan untuk bermaksiat). Ia mampu membuat hati suaminya tenang, nyaman dan damai saat bersamanya. Dengan kata-katanya yang lemah lembut, dengan sentuhannya yang halus, dengan semumnya yang menggoda, sungguh semua itu adalah akhlak seorang istri yang bisa membuat hatinya senang dan meridhainya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ia tidak pernah sekalipun menolak perintah suaminya selama perintah itu adalah kebaikan. Ia senantiasa membuat suaminya bahagia sehingga terasa ringan beban berat yang dipikul suaminya selama ini. Ia juga selalu hadir di sisi suaminya, menemaninya saat senang maupun susah. Di hatinya terpatri kuat untuk selalu ada bagi suaminya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Al Hushain bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)
Ketujuh, memelihara kehormatan, anak dan harta suami
Wajib bagi seorang wanita Islam menjaga kehormatan diri, suami dan anak-anaknya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala,
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (Qs. An Nisa’: 34).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Ath Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6: 692), “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”
Kedelapan, bersyukur dengan pemberian suami
Cukuplah seorang istri dianggap telah kufur kepada suaminya bila ia tidak pernah bersyukur atas semua pemberian suami; sedikit atau banyak. Ridho atas banyak sedikit pemberian dari suami adalah bagian dari salah satu sifat wanita yang perlu diperjuangkan oleh para bujangan. Bersyukurlah bagi seorang pemuda yang bisa mempunyai pendamping yang selalu bersyukur atas segala pemberian suami seberapa besar kecilnya.
Suatu hari, setelah selesai shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepadanya ketika shalat,
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Camkan hadits di atas, hanya karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang diberi. Seperti hujan setahun terhapus dengan kemarau sehari.
Kesembilan, berdandan dan berhias diri hanya spesial untuk suami
Aneh, dunia sudah terbalik. Sebagian wanita lebih senang tampil aduhai dan menggoda saat keluar rumah dan dihadapan lelaki lain (ajnabi). Namun, sayang seribu sayang, para wanita (istri) itu tampil sangat biasa dihadapan suaminya. Tak jarang, bau asap dapur masih menempel di tubuhnya. Bau pesing kencing bayinya pun tak sekali tercium dari bajunya. Lalu? Bagaimana suaminya akan semakin cinta dan sayang kepadanya bila cara ia memperlakukan dan menyambut suaminya tidak seperti saat ia tampil kondangan keluar rumah.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Tulisan singkat ini bukan untuk menggurui siapapun melainkan sekedar mengajak setiap wanita Islam agar selalu menanamkan semangat terus belajar sehingga mempunyai bekal yang cukup dalam mengamalkan syariat Islam ini. Bagi para lelaki Islam, pilihlah calon istri dengan kriteria di atas agar hidup Anda bahagia dunia akhirat.
Bagi para suami, jika pasangan hidup Anda belum sesuai dengan Sembilan sifat di atas, maka tidak ada kata terlambat untuk mengajak istri Anda menjadi lebih baik lagi di mata Allah dan Rasul-Nya, wallahua’lam. (A/RS3/RI-1)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Mi’raj News Agency (MINA)