Nabi Musa Alaihi Salam merupakan seorang rasul Ulul Azmi, memiliki kemuliaan dan keutamaan luar biasa. Meski demikian, ketika Nabi Musa diperintahkan untuk berguru kepada Nabi Khidir, maka beliau melaksanakannya.
Di sisi lain, Nabi Khidir bukanlah seorang rasul, hanya saja memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa, maka beliau menjadi guru Nabi Musa Alaihi Salam.
Kisah tersebut menunjukkan kerendahan hati Nabi Musa yang tidak sombong dan dengan kerendahan hatinya ingin mengambil keberkahan dan kebaikan dari orang lain, yakni Nabi Khidir.
Dari kisah tersebut, dapat diambil pelajaran, tanda orang baik salah satunya adalah ketika bertemu dan disebut nama seseorang, maka ia akan mengingat kebaikannya.
Baca Juga: Begini Cara Mengucapkan Aamiin yang Benar dalam Shalat Berjamaah Menurut Hadits
Sebaliknya tanda orang buruk adalah ketika bertemu atau disebut nama seseorang, maka ia ingat sisi buruknya.
Maka, barang siapa yang jika bertemu orang lain dan ia mengingat kebaikan orang tersebut, maka itu menjadi ciri ia adalah orang baik, memiliki hati yang baik dan berpeluang besar mendapatkan hidayah karena kerendahan hatinya.
Demikian pula, barang siapa yang bertemu dan disebut nama orang lain, lalu ia ingat keburukannya, maka sesungguhnya, ia sendiri adalah orang yang buruk, memiliki hati yang sakit dan sulit rasanya akan mendapat kebaikan dan keberkahan dari orang lain.
Sebagai contoh yang sedang viral saat ini, jika disebut nama Gus Miftah, mungkin sebagian orang akan ingat keburukan dan sikap arogannya, maka jika kita seperti itu, sesungguhnya yang buruk adalah juga diri kita sendiri.
Baca Juga: Salam Es Teh
Sebaliknya, jika disebut nama Gus Miftah, yang diingat adalah kebaikannya, dakwahnya kepada orang-orang yang terjerumus dalam kemaksiatan dan ia sabar merawat mereka, maka kita termasuk orang baik dan berpeluang besar mendapat keberkahan dan kebaikan dari orang lain.
Mengingat kebaikan orang lain dan melupakan keburukannya menjadi salah satu tanda bagusnya iman seseorang. Demikian pula mengingat keburukan orang lain dan melupakan kebaikannya menjadi tanda lemah dan tipisnya iman seseorang.
Maka, mari kita semu menjadi hamba-hamba yang senantiasa mengingat kebaikan orang lain sehingga kita mendapatkan keberkahan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mudah-mudahan sifat tersebut, Allah Ta’ala juga berkenan menutup aib diri kita, tidak membukanya di hadapan orang lain dan msyarakat luas, serta senantiasa mendapat rahmat dan ampunan-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Namun, perlu diketahui bahwa bagi orang-orang yang sudah disebut keburukannya dalam Al-Qur’an, maka itu boleh kita sebut dan ingat keburukannya, seperti Fir’aun, Qarun, Namrud, dan lainnya.
Namun, bagi sesama Muslim, apalagi mereka masih hidup di dunia, maka bagi orang yang telanjur berbuat buruk, masih ada baginya kesempatan mereka untuk bertaubat dan memperbaiki diri. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam