Yogyakarta, 10 Jumadil Akhir 1438/9 Maret 2017 (MINA) – Indonesia dikenal sebagai negara produsen pisang terbesar ketujuh di dunia. Melimpahnya produksi pisang dapat menjadi peluang mengeksplorasi sumber energi terbarukan. Inilah yang diyakini oleh Kholik, mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang intens meneliti batang pisang atau gedebog pisang. Risetnya berujung menghasilkan bahan bakar hidrogen yang ramah lingkungan.
“Gedebog pisang masih sangat kurang dimanfaatkan dan ketersediaannya berlimpah di Indonesia. Selain itu, kandungan selulosa yang cukup tinggi dari batang pisang yakni hingga 45-65% juga menjadi alasan mengapa ia cocok digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biohidrogen,” tuturnya, Kamis (9/3). Demikian keterangan pers UII yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kholik menjelaskan, perlu metode khusus untuk mengolah gedebong pisang agar dapat menghasilkan biohidrogen. Dari berbagai metode yang dipelajari, ia cenderung memilih metode fermentasi gelap (Dark Fermentation) sebagai cara efektif mengolah gedebog pisang sebagai sumber energi.
Alasannya karena metode ini dinilai memiliki beberapa keunggulan, seperti dapat mengurangi volume limbah organik batang pisang, lebih stabil prosesnya, ramah lingkungan, hemat energi, dan tidak menuntut adanya peralatan canggih sehingga lebih mudah diaplikasikan.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Metode tersebut memanfaatkan proses fermentasi dari material organik yang diubah menjadi hidrogen melalui reaksi-reaksi tertentu. “Di sini terdapat peran beberapa jenis bakteri anaerob yang bertugas mengurai gedebog pisang melalui reaksi biokimia kompleks. Terdapat tiga tahapan utama pengolahan yang dimulai dari Pretreatment, Hydrolysis dan terakhir tahap Fermetasi,” ujarnya.
Pada tahap awal, batang pisang dipotong-potong menjadi bagian kecil untuk dikeringkan dengan pengering. Setelah dikeringkan, potongan tersebut digiling hingga menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya hasil penggilingan dicampur dengan larutan enzim dan bakteri pengurai hingga menghasilkan produk biohidrogen yang diinginkan.
Disinggung mengenai latar belakang penelitiannya, ia mengaku prihatin dengan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil di Indonesia yang masih sangat tinggi. Kholik menilai perlu adanya inovasi baru yang memberikan banyak keuntungan dari berbagai sisi, baik dari sisi ekonomi, teknologi dan sisi kesehatan.
“Banyak kelebihan dari penggunaan bahan bakar hidrogen seperti tingkat efisiensi pembakaran yang tinggi hingga 80% dan juga sisa hasil pembakarannya berupa air (H2O) sehingga membuktikan bahan bakar hidrogen menjanjikan untuk masa depan,” jelasnya.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Hasil penelitian ini sempat dipresentasikannya dalam sebuah forum ilmiah tentang energi terbarukan di London, Inggris beberapa waktu lalu. Forum bertajuk, 19th International Conference on Renewable Energy Sources and Technologies tersebut dihadiri para pakar interdisipliner dan multidisipliner dari berbagai negara.
Dalam kesempatan itu ia juga meraih penghargaan Best Presentation Award dari panitia penyelenggara. “Sangat bahagia dan bersyukur dapat berkontribusi untuk membawa nama baik Teknik Kimia FTI UII dan Indonesia di ajang forum ilmiah tingkat internasional,” tutur Kholik. (T/R05/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru