Washington, 21 Sya’ban 1436/ 8 Mei 2015(MINA) – Insiden Islamopobhia akhir-akhir ini membanjiri Barat, terutama di Amerika Serikat (AS), bukanlah pertanda baik terutama untuk keselamatan dan keamanan jutaan Muslim di Amerika, demikian Tribun Express melaporkan.
Di salah satu sisi merasa diyakinkah oleh tanggapan terhadap beberapa insiden Islamopobhia di tingkat kelembagaan, bersamaan Mahkamah Agung AS yang memberikan putusan mendukung hak perempuan Muslim untuk tetap mengenakan jilbab di tempat kerjanya dan permintaan maaf maskapai penerbangan untuk penumpang Muslim atas perilaku pelayan maskapai.
Namun, pelaksanaan lembaga yang menyerang kasar kontras dengan masyarakat di AS, tampaknya semakin waspada terhadap Islam dan Muslim, demikian IINA News dan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Selain itu, sifat masyarakat yang sangat demokratis ini dibangun dari pola pikir yang tidak sehat tersebut, memiliki potensi untuk mempengaruhi perilaku negatif lembaga dan hal ini cukup mengkhawatirkan.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Baru-baru ini, sekitar 250 demonstran anti-Muslim yang sebagian besar bersenjata, banyak memakai kaos bertuliskan pesan senonoh mengecam dan mencela Islam berhadapan dengan kerumunan yang berukuran hampir sama membela kepekaan Muslim di depan sebuah Masjid Phoenix.
Insiden itu terjadi setelah dua Warga Phoenix membawa senapan menyerbu tewas polisi di luar kontes kartun Nabi di pinggiran Kota Dallas. Penyelenggara kontes mengklaim bahwa ia telah menerima ancaman dari ‘teroris’ di Twitter, bahwa ia dan keluarga tidak lagi merasa aman di rumah mereka.
as saying: “A lot of them, they've never met a Muslim, or they haven't had interactions with Muslims.</p><br /><br /><br /> <p>">Namun, salah satu anggota dari kelompok membela masjid seperti dikutip dalam tweet-nya: “Banyak dari mereka belum pernah bertemu seorang Muslim, atau mereka tidak memiliki interaksi dengan Muslim.”
“Jadi, ketika Anda duduk dan berbicara seperti orang yang rasional, tanpa semua slogan ini, tanpa fanatik, tanpa membawa senjata, mereka akan mengetahui bahwa mereka sedang berbicara dengan manusia lainnya,” tambahnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Media Pemicu Islamophobia
as terrorists in US media as compared to FBI reports.</p><br /> <p>">Sebuah studi yang disusun oleh Profesor Universitas Kalifornia UCLA, Travis Dixon, menemukan warga Muslim dinyatakan sebagai ‘teroris’ lebih banyak disebutkan di media AS dibandingkan dengan laporan FBI.
as domestic terrorists, 81 percent were identified as Muslim.">Penelitian itu mengambil sampel 146 episode program berita berfokus pada berita yang dibawa oleh jaringan broadcast dan kabel utama antara 2008 dan 2012, menemukan bahwa di antara mereka yang digambarkan sebagai ‘teroris’ dalam negeri, sebanyak 81 persen diidentifikasi sebagai Muslim.
Muslim.</p><br /> <p>">Namun, FBI melaporkan dari tahun ke tahun, hanya 6 persen tersangka teror dalam negeri adalah Muslim.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Naim Beig, Presiden Lembaga Islam Amerika Utara (ICNA) menyatakan, kondisi sekarang matang untuk peningkatan Islamophobia.
Islam.">“Ada beberapa orang yang memiliki agenda yang sangat jelas, yaitu untuk membuat dan menyebarkan stereotip tentang Islam. Mereka menggunakan media, dan internet untuk lebih tujuan mereka, dan sayangnya beberapa politisi nasional juga mendengarkan apa yang mereka katakan,” ujar Naim.
Muslim Organizations President Oussama Jammal relates the rise of the Islamophobia with the increase of right wing individuals and groups in the US and Europe.</p><br /> <p>">Sementara Presiden Dewan Organisasi Muslim AS, Oussama Jammal, menyatakan, munculnya Islamophobia berkaitan dengan peningkatan individu dan kelompok sayap kanan di Amerika Serikat dan Eropa.
Jamal mengatakan, penampilan mereka di dunia barat mempengaruhi umat Islam. “Ini merupakan perkembangan yang tidak membantu untuk membawa harmoni dan hubungan baik di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda,” ujarnya.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Islam is “based on misinformation and ignorance, and sometimes is created intentionally when allegations are made without willingness to listen to the other party”, he said.</p><br /> <p>">“Stereotip tentang Muslim dan Islam didasarkan pada informasi yang salah dan ketidaktahuan, dan kadang-kadang dibuat sengaja ketika tuduhan yang dibuat tanpa kesediaan untuk mendengarkan pihak lain,” tambahnya.
Islam” and the true profile of Muslims, as an alternative to mainstream media stereotypes, Muslim community leaders said.</p><br /> <p>">Solusi untuk atas meningkatnya Islamphobia melalui pendidikan bagi non-Muslim dan memperkenalkan mereka apa “Islam sejati” dan profil sebenarnya dari Muslim, sebagai alternatif utama stereotip media.
Akhir Mei lalu, hampir 30.000 peserta, termasuk non-Muslim, berkumpul pada acara konvensi tahunan ICNA di Baltimore. Islam's Prophet Muhammad.</p> <p>">Konferensi itu dirancang untuk menyoroti keutamaan Islam.(T/FIT/R05)
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Mi’raj News Islamic Agency(MINA)