Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intelijen: Rusia Rencanakan ‘Skenario Korea’ untuk Ukraina

Rudi Hendrik - Senin, 28 Maret 2022 - 13:20 WIB

Senin, 28 Maret 2022 - 13:20 WIB

3 Views

Jenderal Kyrylo Budanov, Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina. (The Nation))

Kiev, MINA – Rusia sedang mempertimbangkan “skenario Korea” untuk Ukraina dan membelah negara itu menjadi dua, setelah gagal merebut ibu kota Kiev dan menggulingkan pemerintahnya, kata Jenderal Kyrylo Budanov, Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin “akan mencoba untuk memaksakan garis pemisah antara wilayah yang tidak diduduki dan yang diduduki di negara kita,” kata Budanov, Ahad (27/3), seperti yang dilaporkan oleh akun Telegram Kementerian, Al Jazeera melaporkan.

“Ini adalah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina. Lagi pula, dia jelas tidak dalam posisi untuk menelan seluruh negeri,” kata Budanov.

Kedua Korea secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai, menyegel pembagian semenanjung mereka dengan perbatasan yang tidak bisa ditembus. Perbatasan mereka adalah area seluas 4km (2,4 mil) dengan panjang 248km (154 mil) yang dikenal sebagai Zona Demiliterisasi (DMZ).

Baca Juga: Komunitas Arab di Inggris Desak PM Keir Starmer Hentikan Genosida di Gaza

Setelah lebih dari empat pekan konflik, Rusia telah gagal merebut kota besar Ukraina. Moskow telah memberi isyarat pada hari Jumat bahwa pihaknya mengurangi ambisinya untuk fokus mengamankan wilayah Donbas di Ukraina timur, di mana separatis yang didukung Rusia telah memerangi tentara Ukraina selama delapan tahun terakhir di wilayah tersebut.

Seorang pemimpin lokal di Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan diri mengatakan, wilayah itu dapat segera mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia, seperti yang terjadi di Krimea setelah Rusia merebut semenanjung Ukraina itu pada 2014.

Rakyat Krimea sangat memilih untuk memutuskan hubungan dengan Ukraina dan bergabung dengan Rusia, satu suara yang sebagian besar dunia menolak untuk mengakuinya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina juga menolak pembicaraan tentang referendum di Ukraina timur.

Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza

Budanov juga mengatakan, Rusia mencoba memasang koridor darat ke Krimea, tetapi rencana itu sejauh ini terhalang oleh kegagalan Rusia untuk merebut kota pelabuhan Mariupol.

Kota di Laut Azov itu telah dikepung oleh pasukan Rusia selama lebih dari tiga pekan dan menghadapi pengeboman tanpa henti, tetapi pihak berwenang Mariupol pekan lalu menolak ultimatum dari pasukan Rusia agar para pembela kota meletakkan senjata mereka. (T/RI-1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: AS Sanksi Organisasi dan Perusahaan Israel Pendukung Kolonialisme

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Eropa
Eropa
Asia